SLEMAN, iNews.id - Permaisuri Keraton Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas menyebut tantangan industri batik di Indonesia cukup berat. Perajin harus melakukan inovasi usaha agar bisa memenangkan persaingan di tingkat global.
“Tantangan industri batik saat ini cukup berat di era disrupsi seperti sekarang ini. Jika tidak ada inovasi maka bakal tenggelam dengan perkembangan zaman,” kata GKR Hemas saat membuka Seminar Batik Internasional di Royal Ambarrukmo Hotel, Selasa (29/8/2023).
Menurutnya, batik harus suistainable and marketability. Seni batik tidak boleh berhenti pada makna tradisi saja, namun harus mampu melampaui tantangan. Perajin batik harus mampu menjangkau kaum milenial yang penuh dengan ide-ide inovatif dan kreatif.
"Generasi inilah yang akan menjaga kelestarian dan mengembangkan seni batik dengan sentuhan pembaharuan yang selalu up to date," katanya.
Anggota DPD dapil DIY ini menyebut Jogja World Batik City sudah menjadi predikat Yogyakarta. Selama sembilan tahun selalu digelar perayaan untuk lebih mengenalkan industri batik. Batik juga sudah menjadi primadona di Yogyakarta dan hampir di semua pusat perbelanjaan pasti ada outlet batik.
UKM kerajinan batik juga terus meningkat. Banyak desainer muda yang melirik batik sebagai salah satu pilihan dalam memperkaya karya mereka. Sudah seharusnya para pihak terus menggiatkan dunia perbatikan dengan berbagai pernak-perniknya.
"Perlu peningkatan kualitas, ketelitian pengerjaan, pengayaan disain/motif. Tidak kalah penting adalah bagaimana mengedukasi Masyarakat tentang batik secara benar," katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait