YOGYAKARTA, iNews.id- Tingginya angka penderita penyakit kelamin sifilis atau raja singa yang ditemukan di DIY dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ternyata tidak dibarengi dengan kesadaran penderita untuk berobat. Dari total kasus yang ada, baru 30 persen yang mendapatkan penanganan medis.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DIY, Setyarini Hestu Lestari mengatakan, pada 2023 misalnya, dari 89 kasus sifilis yang tercatat sejak Januari-Maret berdasarkan Sistem Informasi HIV dan Aids (SIHA) Kementerian Kesehatan, baru 26 pasien atau sekitar 29 persen yang telah mendapatkan pengobatan.
Begitupun di tahun 2022, dari 333 kasus, baru 105 yang diobati atau hanya 31 persennya saja. Sementara di tahun 2021, dari 141 penderita hanya 83 orang saja yang melakukan pengobatan. "Jadi persentase pengobatan memang masih rendah," katanya belum lama ini.
Dia mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena masih rendahnya kesadaran pasien sifilis untuk melakukan pengobatan secara mandiri. Hal ini dikarenakan pasien sifilis banyak yang merasa malu mengingat penilaian negatif terhadap penderita sifilis di tengah-tengah masyarakat.
"Kami terus berupaya supaya pasien-pasien sifilis bisa mendapatkan pengobatan yang layak. Disamping itu, masyarakat juga harus pro aktif untuk memeriksakan kesehatan karena dia beresiko menularkan penyakitnya ke orang lain," ujarnya.
Sementara itu, dikutip dari Kemenkes, situasi tersebut tidak jauh dari kondisi nasional. Misalnya, setiap tahun, dari 5 juta kehamilan ada sebanyak 5,590 ibu hamil positif sifilis, namun hanya 40 persen saja yang mendapatkan pengobatan.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait