Gubernur NTB periode 2008-2018 ini mengisahkan seperti pemahaman tentang minuman keras. Di masa sahabat ada salah paham, ada yang berpendapat selama beriman dan beramal saleh boleh boleh meminumnya.
“Ini hanya baca teks. Lupa sebab ayat itu turun dan seperti apa ceritanya,” ujarnya.
Dijelaskan, saat turun ayat yang mengharamkan miras, masyarakat Arab kemudian bertanya, lalu bagaimana nasib leluhur mereka yang minum miras hingga meninggal.
“Saat itu sebelum ayat larangan minuman keras turun tidak masalah. Inilah pentingnya paham teks sesuai konteks,” terangnya.
Membaca Alquran harus teks dan konteks. Di dalamnya ada yang bicara ibadah, akidah, dan muamalah. Untuk mengerti harus benar, menempatkan sesuai konteks.
“Ada ayat yang berbicara akidah, ada pula berbicara muamalah. Mana yang muamalah jangan diakidahkan, sebaliknya yang akidah jangan dimuamalahkan,” tutupnya.(*)
Editor : Febrian Putra
kajian ramadan universitas gajah mada masjid ugm tuan guru bajang tuan guru bajang (tgb) muhammad zainul majdi tgb zainul majdi zainul majdi pemahaman alquran oiaa indonesia
Artikel Terkait