Relawan psikologi dari UAD melakukan assesment di SD Muhammadiyah Bogor. (Foto: MPI/erfan Erlin)

GUNUNGKIDUL, iNews.id - Sejumlah siswa SD Muhammadiyah Bogor Kapanewon Playen Gunungkidul enggan masuk sekolah. Mereka masuk trauma dengan musibah ambruknya atap sekolah yang menimpa belasan siswa dan satu di antaranya meninggal. 

Salah satu wali siswa Widodo mengaku, kedua anaknya masih enggan untuk sekolah lagi. Tidak saja anaknya yang ikut menjadi korban, namun adiknya yang kelas satu juga belum mau sekolah. 

“Mereka masih takut, belum mau sekolah. Mereka inginya pindah sekolah,” kata Widodo, Kamis (10/11/2022).

Menurutnya anaknya yang besar merupakan teman sebangku dengan korban meninggal Fauzi Ajitama. Dia masih ingat bagaimana tubuh korban terjepit rangka atap baja ringan yang ambruk. Saat kejadian sebenarnya pelajaran sekolah belum dimulai. Namun sudah menjadi tradisi anak-anak sebelum pelajaran wajib mempresentasikan hafalan surat-surat dalam Al Quran. 

Saat kejadian anaknya berada di pinggir ruangan, dan sempat mengajak korban untuk keluar. Sebab pelajaran olahraga akan dimulai.   

“Mereka masih trauma, kami sudah membujuk agar kembali sekolah,” katanya.
 
Kepala UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Dinas Sosial Gunungkidul, Aris Winata mengatakan untuk trauma healing memang direncanakan akan segera mereka laksanakan. Namun saat ini prosesnya baru rehabilitasi medis untuk mengobati luka dari para siswa.

"Kalau selesai (pengobatan medis) langsung nanti kami akan ke sana, provinsi juga. Saat ini sudah dilakukan pemetaan terkait dengan kebutuhan apa yang akan dilaksanakan. Untuk trauma healing kami sudah koordinasikan," ujar dia.


Editor : Kuntadi Kuntadi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network