Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) DIY, Suharto mengatakan, pihaknya terus melakukan pantauan di lapangan. Mereka masih mendata berapa hektare lahan yang terserang.
"Serangan hanya spot-spot saja dan ini harus ditangani secara intensif. Kalau populasinya semakin banyak bisa gagal panen,” ujarnya.
Menurut Suharto kondisi ini tidak lepas dari cuaca ekstrem. Hal ini memicu munculnya ulat bulu ini berkembang secara masif.
"Ini kan cuaca yang cukup ekstrim, kadang hujan, panas yang tinggi jadi bisa muncul itu," terangnya.
Upaya antisipasi bisa dilakukan dengan menggunakan agen hayati sebagai penangkal hama alami. Beberapa agen hayati yang digunakan meliputi Beauveria bassina, Pseudomonas fluorescens (PF), Bacilus Subtilis dan Metarhizium Anisopliae.
"Kalau agen hayati tidak berhasil nanti akan menggunakan pestisida kimia,” ujarnya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait