Sementara, pembuat layangan Wardoyo mengakui belum ada koordinasi dengan Satpol PP untuk menerbangkan layangan raksasa. Selain itu, kegiatan ekstrem tersebut awalnya hanya digunakan sebagai hiburan. Dia tak menyangka bakal viral.
“Awalnya hanya untuk senang-senang teman-teman saja. Untuk keamanan memang sejauh ini memang belum ada jaminan. Namun, ke depan, kami imbau kepada teman-teman untuk siap dan berjaga di bawahnya. Untuk antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” katanya.
Wardoyo menuturkan, selama ini kegiatan menerbangkan layangan naga raksasa biasa dilakukan pada akhir pekan di dua tempat berbeda, yakni di JJLS dan gumuk pasir Pantai Parangtritis. Di dua lokasi tersebut, para anggota komunitas Kedon (komunitas layang-layang) biasanya hanya meminta izin kepada pengelola tempat wisata untuk menerbangkan.
Adapun yang terlibat dalam penerbangan layangan raksasa ini biasanya ada sekitar 30 orang. Lima orang bertugas untuk menaikkan, sisanya berjaga-jaga di bawahnya. Agar gerakan layangan terkontrol dan bisa dinaiki, di ujung tali untuk menerbangkan diikatkan ke pohon.
“Ternyata responsnya cukup baik. Pengunjung ramai. Sejauh ini memang tidak kami pungut biaya. Siapa saja yang berani silakan menaiki. Kami memilih gumuk pasir, karena lebih aman jika terjadi apa-apa,” ucapnya.
Menerbangkan layangan raksasa sebenarnya membahayakan jiwa. Pada Jumat (4/9/2020) lalu, seorang pelajar kelas II SMP, Nabil warga Mayungan 1 Desa Murtigading, Sanden sempat terangkat setinggi 3 meter, sebelum akhirnya terhempas dan terjatuh di lapangan.
Video menaiki layangan naga raksasa viral di media sosial. Video tersebut salah satunya diunggah oleh akun Instagram @wonderfuljogja.
Artikel ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul "Viral Wisata Esktrem Naik Layangan Raksasa, Ini Reaksi Satpol PP Bantul..."
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait