4 Rumah Adat Yogyakarta, Arsitekturnya Gambarkan Status Sosial Pemilik

YOGYAKARTA, iNews.id - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama ini dikenal sebagai daerah yang memiliki budaya dan tradisi yang tinggi. Segala sesuatu yang ada di wilayah ini mengandung filosofi dan menunjukkan kelas atau status sosial yang mereka sandang.
Dalam perkembangannya, status sosial di masyarakat mulai luntur, namun status sosial ini diyakini pernah ada. Salah satunya tergambar dari bentuk atau arsitektur rumah yang ada ternyata juga sangat beragam berdasarkan status sosial pemilik rumahnya.
Berdasarkan buku ‘Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta’ yang diterbitkan tahun 1998, setiap bentuk rumah adat umumnya ditinggali oleh masyarakat dengan status sosial tertentu. Bentuk rumah adat umumnya bisa ditemui sekitar Keraton Yogyakarta.
Setidaknya ada 4 rumah adat di Yogyakarta yang menandakan status sosial mereka. Apa saja jenis rumah adat yang ada di DIY, berikut ini ulasannya.
Rumah Joglo
Bangunan Joglo adalah satu dari empat bentuk bangunan yang berarsitektur tradisional Jawa. Pada bangunan dengan atap joglo dengan 4 tiang yang berada di tengah yang biasa disebut saka guru. Saka Guru ini dihubungkan oleh Sunduk dan diatasnya blandar pamidangan dan di atasnya terdapat susunan balok kayu berbentu piramida terbalik di mana semakin ke atas semakin melebar.
Variasi joglo ada 7, di antaranya adalah Kepuhan, Pangrawit, Trajumas, Wantah, Ceblokan, dan Tawon Boni. Semuanya berdasarkan susunan balok kayu yang membentuk joglo utama sebuah bangunan. Semuanya disusun memiliki tingkat kerumitan serta filosofi tersendiri dari masing-masing jenisnya.
Bangunan beratap jolgo atau yang paling tinggi dengan sudut kemiringan paling tajam disebut atap brunjung. Sedangkan di bawahnya dengan sudut yang lebih landai disebut atap penanggap. Pada beberapa bangunan joglo yang lebih luas atau lebih besar terdapat atap di bawah atap penanggap yang disebut atap penitih atau peningrat.
Kadang masih ada atap yang berada di bawahnya yang disebut emper atau tratag. Variasi bangunan berbentuk atap joglo ada beberapa namun berdasarkan naskah lama bangunan rumah berarsitektur tradisinoal Jawa memiliki 7 variasi atap.
Kepuhan adalah Joglo yang memakai bangun Padaringan Kebak atau balungan tergolong tipis-tipis. Kemudian pengrawit memakai balok lambing gantung atap brunjungnya diregangkan dari atap penanggap atau emper diregangkan dari atap penanggap. Di atasnya ada sudut memakai saka benthung yang ditepatkan di dudur (jurai regangan tadi ditutup papan memakai umping 5 lapis, singup dan gonja).
Kemudian Trajumas di mana tiang penyangga sebanyak 6 dengan atap emper berkeliling. Kemudian wantah memakai tumpeng lima lapis dan memakai singup, memakai gonja dan takir lumajang. Kemudian ceblokan di mana tanpa sunduk dan tiangnya ditanam langsung ke tanah.
Selain itu ada Tawon Boni berukurang bujur sangkar memakai sirah gada, tanpa ander, memakai tumang lima lapis. Memakai singup dan takir lumajang. Terakhir Semar Tinandu yang memakai balok pangeret dua batang, tiang penyangga dua batang dan diletakkan di tengah balok pangeret.
Ruangan Rumah Joglo terdiri atas pendopo yang berfungsi sebagai ruang pertemuan dan tempat bermusyawarah, pringgitan yang berfungsi sebagai ruang tengah dan sering digunakan sebagai tempat kegiatan adat. Selain itu ada dalem yang difungsikan sebagai ruang privat, omah jero yang difungsikan sebagai ruang keluarga, Senthong Kiwa sebagai kamar kiri umumnya tempat menyimpan barang-barang dan senjata. Senthong Tengah untuk menyimpan benih, bibit, akar-akaran, gabah atau ruang berdoa. Kemudian Senthong Tengen sebagai tempat tidur.
Rumah Adat Limasan
Rumah ini umumnya digunakan sebagai tempat tinggal para penghuninya yaitu untuk beristirahat, menyimpan hasil panen dan barang-barang makan bersama serta tidur. Bagian belakang digunakan sebagai dapur, sementara bagian depan digunakan untuk menyambut tamu.
Ada empat kenis rumah limasan, yaitu Limasan Lawakan, Gajah Ngombe, Gajah Jerum dan Klabang Nyonder Rumah limasan mirip dengan rumah kampung di mana pembagian ruang dalam rumah limasan lebih kompleks yaitu ruang depan, ruang tengah dan ruang belakang.
Pada umumnya bentuk rumah limasan dikenal sebagai Senthong atau kamar. Kamar yang terdapat dalam bangunan limasan terdapat pada bagian belang berupa Senthong Kiwa, Senthong tengah, Senthong tengen.
Rumah Adat Kampung
Rumah Adat Kampung adalah versi lebih tinggi dari Pangrape. Rumah adat ini memiliki tiang berjumlah genap yaitu 4,6,8 dan kelipatananya. Rumah kampung ini sudah ditambah bagian-bagian lain seperti serambi atau emper. Emper pada umumnya diletakkan di salah satu sisi atau kedua sisi rumah. Selain itu atap rumah kampung juga memiliki bentuk yang lebih komplek seperti bertingkat atau landari.
Rumah Panggangpe
Rumah Panggangpe adalah bentuk rumah paling sederhana karena tidak memiliki pembagian ruang. Oleh karenaya itu satu ruangan dalam rumah panggangpe digunakan untuk berbagai hal mulai dari tempat tidur, ruang menerima tamu, tempat istirahat dan tempat makan bersama.
Rumah Panggangpe yang sudah memiliki pembagian ruang umumnya terdapat satu ruangan untuk tempat meletakkan hasil pertanian.
Editor: Kuntadi Kuntadi