Bertabiat Buruk, Penyerang Gereja di Sleman Dikeluarkan dari Pesantren
MAGELANG, iNews.id – Suliyono, pelaku penyerangan Gereja Santa Lidwina Bedok, di Jalan Jambon, Trihanggo, Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ternyata pernah menjadi santri di dua pondok pesantren di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sejak 2015 silam. Namun, Suliyono dikenal bertabiat buruk saat menjalani pendidikan di pondok pesantren. Dia pun dikeluarkan dari pesantren Desember 2017 lalu.
Suasana Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin, di Desa Payaman, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tampak berjalan seperti biasa, Senin (12/2/2018). Para ustad dan santri masih menjalankan proses belajar mengajar seperti biasanya. Namun demikian, para santri dan pengurus mengaku terkejut dengan berita yang beredar mengenai Suliyono, salah satu mantan santri di ponpes tersebut, yang terlibat kasus penyerangan gereja di Sleman, Minggu, 11 Februari 2018, kemarin.
Menurut Hanafi, salah seorang pengurus Ponpes Sirojul Mukhlasin, Suliyono alias Abdul Hadi masuk di ponpes sejak dua tahun silam. Lantaran tidak pernah masuk dan tidak pernah mematuhi peraturan yang di berlakukan di ponpes, Suliyono pun dikeluarkan dari ponpes sejak Desember 2017 lalu. “Tepatnya tanggal 3 Desember, dia sudah dikeluarkan dari pondok pesantren di sini. Dia dikeluarkan karena jarang mengikuti pelajaran,” ucap Hanafi.
Menurut Hanafi, Suliyono pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan santri-santri lainnya. Hanya saja, berdasarkan keterangan dari sejumlah kawan yang mengenalnya sebelum masuk pesantren, Suliyono memang sudah termakan doktrin radikal. “Menurut teman-teman yang sudah mengenal dia sejak dua tahun lalu, dia sudah membawa doktrin-doktrin tertentu dari Palu, saat dia kuliah di sana,” katanya.
“Dari mulai memiliki koleksi video-video hingga berita-berita mengenai jihad seperti itu. Kalau di kelas pun dia sering dikucilkan oleh kawan-kawan lainnya karena dia ini memang punya paham yang beda,” imbuh Hanafi.
Kendati demikian, Hanafi mengaku kaget dengan perilaku Suliyono yang sampai nekat menyerang gereja di Sleman. “Pesantren ini sudah berdiri ratusan tahun, tidak pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya. Makanya kami dari kepengurusan sangat kaget mendengar ada mantan santri kami yang seperti itu,” ucapnya.
Untuk diketahui, Suliyono secara membabi-buta melakukan aksi penyerangan di Gereja Santa Lidwina di Sleman, DIY, Minggu, 11 Februari 2018, kemarin. Akibat aksi tersebut, seorang romo bernama Karl Edmund Prier, tiga jemaat, dan seorang polisi Aiptu Munir menjadi korban.
Editor: Himas Puspito Putra