Bertahan saat Pandemi Covid-19, Indria Ariyanto Sukses Kembangkan Batik Ecoprint 3D

YOGYAKARTA, iNews.id - Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan langkah Indria Ariyanto untuk terus berinovasi menekuni bisnis fashion. Perempuan muda ini justru sukses mengembangkan batik ecoprint tiga dimensi (3D).
Sebagai salah satu desainer muda, Indria sudah melakoni bisnis batik ini sejak 10 tahun lalu. Neneknya dulu merupakan pengusaha kain tenun ATBM (alat tenun bukan mesin) di Klaten. Namun setelah neneknya meninggal bisnis ini terhenti. Barulah sejak 2011 dia kembali menekuni usaha, namun di Kuripan Kidul, Cilacap dengan mengusung nama Indria Fabric and apparel.
Menurutnya dia sudah banyak menangani pembuatan seragam dari perkantoran, dinas hingga beberapa BUMN. Usaha ini membuatnya bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang cukup berat. Salah satunya karena usaha ini dilakukan dair hulu sampi ke hilir.
“Kami kelola bisnis ini dari hulu sampai hilir untuk bertahan.Kami juga mempekerjakan difabel,” kata Indria.
Salah satu produk terbaru mereka adalah kain tenun tiga dimensi yang dibuat dalam masa pandemi Covid-19. Proses pembuataanya lebih sulit dan ribet karena harus dengan threatment khusus. Proses membuatnya juga dengan menempel daun dan membuat frame satu per satu dengan menggunakan teknik terbaru.
“Ecoprint tiga dimensi ini lebih hidup, dibandingkan dengan ecoprint yang standar,” katanya.
Untuk pembuatannya, dia menggunakan daun ketepeng sedangkan untuk pewarnaan menggunakan daun tunjung. Bahan itu dirasakan paling pas untuk dikombinasikan dengan kain tenun. Butuh waktu sekitar 3 pekan untuk menyelesaikan pembuatan kain tiga dimensi seperti ini.
Lamanya proses pembuatan ini, karena harus menata daun satu persatu. Cara ini justru membuatnya lebih mudah berkreasi. Barulah setelah proses pembuatan dan pewarnaan selesai ditempel satu persatu dengan laser.
Batik ecoprint tiga dimensi ini sudah dipamerkan dalam pembukaan Seni Kriya 2011 di Hartono Mal, Yogyakarta. Sejumlah pelaku fashion mengapresiasi kain batik ecoprint yang dibuatnya.
Editor: Kuntadi Kuntadi