BPS Sebut Kemiskinan DIY Terselamatkan Program Kebun Sayur di Pekarangan
BANTUL, iNews.id - Kemiskinan DIY menjadi yang tertinggi di Pulau Jawa dengan persentase mencapai 11,9 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan kemiskinan ini bisa lebih tinggi, namun diselamatkan budaya warga menanam sayuran di pekarangan rumah.
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS DIY, Soman Wisnu Darma mengatakan, kemiskinan DIY lebih tinggi dari kemiskinan nasional 9,57 persen. Pada September 2022, warga miskin lebih dari 463.000 jiwa. Angka ini naik dibandingkan pada periode bulan Maret 2022 dengan 454.000 jiwa.
“Ekonomi di DIY tumbuh 5,82 persen, tetapi jumlah penduduk miskin malah bertambah,” katanya, Sabtu (21/1/2023).
Soman mengatakan, kemiskinan ini salah satunya dipicu dari tingkat inflasi DIY, dimana pada bulan September 6,81 persen. Inflasi ini dipicu kenaikan harga BBM pada September 2022, baik Pertalite, Solar, maupun Pertamax. Kenaikan ini menjadikan semua barang naik.
"Jadi pertumbuhan ekonomi itu langsung tergerus oleh kenaikan inflasi yang lebih tinggi," katanya.
Soman menyebut ada beberapa hal yang mampu menyelamatkan kemiskinan di DIY semakin parah. Salah satunya kebiasaan masyarakat yang menjadikan pekarangan rumah sebagai kebun sayur. Seperti halnya di daerah Kota Jogja yang mana banyak masyarakat memanfaatkan lahan-lahan sempit untuk dijadikan kebun sayur.
Selain untuk konsumsi keluarga, banyak juga kampung-kampung yang memiliki kebijakan untuk membagikan sayuran kepada warga kurang mampu. Hal ini menurut Soman mampu menekan angka kemiskinan di DIY.
"Seandainya tidak ada program itu, angka kemiskinan akan semakin parah," ujarnya.
Ia mengatakan meskipun sayuran itu tidak dibeli, tetapi dihitung sebagai pengeluaran konsumsi masyarakat. Dengan begitu, nilai konsumsi masyarakat menjadi lebih tinggi dan melebihi garis kemiskinan.
Soman berharap, pemerintah terus mendorong pemanfaatkan lahan tidur bisa diolah dan dirubah menjadi kebun produktif.Pemerintah bisa mengintervensi dengan pemberian bantuan polibag, benih, pupuk, dan sebagainya karena
Editor: Kuntadi Kuntadi