get app
inews
Aa Text
Read Next : 3 Konten Kreator Film Pendek Bernuansa SARA dan Asusila Ditetapkan Tersangka

Buat Film Pemurnian Air Kapur, Santri asal Gunungkidul Raih Ki Hajar Award

Kamis, 22 Oktober 2020 - 14:27:00 WIB
 Buat Film Pemurnian Air Kapur, Santri asal Gunungkidul Raih Ki Hajar Award
Santri asal Gunungkidul, Najwa menunjukkan alat pengolahan air kapur. (Foto: istimewa)

GUNUNGKIDUL, iNews.id – Seorang santri yang tinggal di Kabupaten Gunungkidul, Najwa Zahratul Amalia, mendapatkan penghargaan Ki Hajar Award dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dia berhasil menemukan metode pengolahan air kapur agar aman dikonsumsi.

Riset yang dilakukan Najwa, tidak lepas dari permasalahan air bersih yang dirasakan warga sekitar rumahnya di Tanjungsari, Gunungkidul. Air tanah yang dipakai warga memiliki kandungan kapur yang tinggi.

Selama ini, warga hanya menyaring kapur menggunakan kain putih saja. Belum ada upaya melakukan pemrosesan lebih jauh, untuk mengurangi kadar kapur. Padahal ketika dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan ginjal.

Atas kondisi ini, santri Muhammadiyah Boarding School Al Mujahidin ini membuat film pendek pada kompetisi Sains, Teknologi, Teknik, Seni (art) dan Matematika yang digelar Kemendikbud. Film berjudul Penyaringan Air Kapur ini dibuat dengan bimbingan gurunya Ilya Rosida, memanfaatkan waktu belajar di rumah (BDR).

“Kandungan kapur di sini jadi masalah, karena ada lomba saya tertarik melakukan riset,” katanya.

Untuk mengolah air kapur, Najwa menggunakan biji daun kelor, arang aktif, ijuk, pasir pantai dan zeloit. Cara ini terbukti mampu menekan kadar kandungan kapur agar lebih aman dikonsumsi.

Najwa tidak menyangka film yang dia kirimkan masuk 80 besar. Awal bulan Oktober dinobatkan menjadi lima besar dan harus mengikuti webinar dengan Kemedikbud sekaligus wawancara terkait proses produksi film tersebut.

“Saat pengumuman menjadi juara satu dan ini masih konfirmasi pengiriman hadiah,” kata putri sulung pasangan Sugiarto dan Eka Suryanti

Selama menjalani masa BDR, Najwa tetap melaksanakan tugas seperti saat tinggal di pesantren. Pukul 03.30 WIB sudah bangun untuk melaksanakan salat tahajud, dilanjutkan mengaji sampai subuh. Dia juga mengikuti pembelajaran secara online.

“Dalam masa pandemi Covid-19, banyak waktu luang, santri harus berprestasi,” katanya.

Dukuh Keruk 2 Eka Suryanti mengatakan persoalan endapan kapur muncul zaman dahulu. Warga berusaha menghilangkan kapur dengan menyaring menggunakan kain kasa. Hasilnya air bening meski endapan kapur masih ditemuakn menempel pada peralatan dapur.

“Sekilas air sudah bersih dan jernih, tapi saat direbus di ceret akan ada endapan kapurnya,” katanya.

Dia berharap kasil riset warganya bisa dikembangkan dan dimanfaatkan warga sekitar. Saat ini warga yang mampu memilih mengonsumsi air mineral pabrikan. Sedangkan air tanah dipakai untuk mencuci dan mandi.

Editor: Kuntadi Kuntadi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut