Covid-19 Melonjak, Pemda DIY Tambah 800 Tempat Tidur Perawatan Pasien Corona
YOGYAKARTA, iNews.id - Pasien Covid-19 di DIY melonjak. Pemda DIY akan menambah 800 tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit-rumah sakit lapangan.
"Memang kondisi saat ini angka keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit sudah di atas 95 persen, ini kalau ada lampu merah, kuning, hijau, sudah merah," kata Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie dalam keterangannya kepada wartawan secara virtual di Yogyakarta, Kamis (15/7/2021).
Persentase tingkat keterpakaian tempat tidur pasien di rumah sakit itu, menurut dia, menggambarkan kondisi 27 rumah sakit rujukan penanganan Covid-1 di Provinsi DIY.
Menurut data pemerintah pada Kamis (15/7) jumlah pasien yang dikonfirmasi terserang Covid-19 di Provinsi DIY bertambah 2.706 orang menjadi total 85.781 orang.
Guna menangani pasien Covid-19 yang jumlahnya terus bertambah, pemerintah berencana mendirikan rumah sakit lapangan untuk menyediakan tambahan tempat tidur pasien.
Pembajun menjelaskan bahwa saat ada sejumlah bangunan yang disiapkan menjadi rumah sakit lapangan, termasuk di antaranya Gadjah Mada University Club Hotel UGM dan Wisma Kagama (kapasitas 500 tempat tidur) dan Balai Pusdiklat KemenPU (kapasitas 100 tempat tidur).
Selain itu ada Rusun BBWS dengan kapasitas 130 tempat tidur, Kampus Respati dengan kapasitas 50 tempat tidur, serta Asrama UNY yang masih dalam penjajakan. "Totalnya sekitar 800 tempat tidur. Harapannya tidak usah bertambah lagi (pasien)," kata Pembajun.
Pembajun mengatakan bahwa setiap rumah sakit lapangan harus memiliki rumah sakit pengampu.
Saat ini baru ada dua rumah sakit yang akan mengampu pengoperasian rumah sakit lapangan, yakni RSA UGM yang akan mengampu Wisma Kagama dan Gadjah Mada Univesity Club Hotel UGM serta Rumah Sakit Prambanan yang akan mengampu Rumah Sakit Lapangan Respati.
Sedangkan Asrama UNY, Rusun BBWS, dan Balai Pusdiklat KemenPU masih dicarikan rumah sakit pengampunya.
"Kenapa harus ada RS pengampu, supaya RS lapangan ini bisa dikelola dengan baik. Kalau tidak ada pengampu, dan hanya ada dokter saja, maka akan sulit pengelolaannya," kata Pembajun.
Editor: Ainun Najib