get app
inews
Aa Text
Read Next : Keppres Pembentukan Komisi Reformasi Polri Disiapkan Presiden, Siapa Saja Anggotanya?

Dari Rumah Inilah Serangan Umum 1 Maret 1949 Terdengar ke Seluruh Penjuru Dunia

Selasa, 01 Maret 2022 - 17:53:00 WIB
 Dari Rumah Inilah Serangan Umum 1 Maret 1949 Terdengar ke Seluruh Penjuru Dunia
Di rumah Serangan Umum 1 Maret 1949 disiarkan ke seluruh penjuru dunia. (Foto ; iNews.id /erfanto linangkung)

YOGYAKARTA, iNews,id - Presiden Joko Widodo telah menetapkan tanggal 1 Maret sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara. Melalui Kepres No.2 tahun 2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan tersebut ditetapkan. 

Selasa (1/3/2022) sore ini Gubernur DIY Sri Sultan HB X akan membacakan Kepres tersebut di Keben Kraton Ngayogyakarta.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan peristiwa Serangan Umum 1 Maret memiliki makna penting bagi penegakkan dan pengakuan kedaulatan negara, baik dari dalam maupun dari luar. Peristiwa ini merupakaian rangkaian panjang dari peristiwa-peristiwa sejarah yang mendahului dan mengikutinya, sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga pengakuan kedaulatan negara oleh Belanda. 

Serangan Umum 1 Maret ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah ketika Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VII| menyatakan sikap, bahwa Kasultanan Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman menjadi bagian dari Indonesia melalui Amanat 5 September 1945. 

Dikisahkan Sultan, pada tanggal 29 September 1945, pasukan Sekutu dan Belanda mendarat di Indonesia untuk melucuti tentara Jepang dan mengendalikan keadaan. Saat itulah, Belanda dengan panji Sekutu-nya justru berupaya memanfaatkan situasi, menggunakan kesempatan untukkembali mengambil alih Hindia Belanda. 

"Gerakan ofensif-agresif Belanda inilah yang menyebabkan Ibukota negara Republik Indonesia akhirnya dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta, pada hari Jumat Legi tanggal 4 Januari 1946,"papar Sultan.

 Serangan demi serangan perlawanan secara sporadis bangsa ini terus terjadi sampai akhirnya ada serangan umum tanggal 1 Maret 1949 yang diinisiasi Jenderal Sudirman dan Letkol Suharto. Atas dasar rentetan peristiwa itulah, pada akhirnya Serangan Umum 1 Maret sebagai hari besar nasional.

"Tujuannya adalah untuk menghargai jasa para pahlawan, meneguhkan kembali semangat nasionalisme dan kebangsaan,"kata dia.

 Di samping untuk mengingatkan pentingnya urgensi kembali kepada cita-cita awal revolusi kemerdekaan Indonesia yang merdeka dan berdaulat, menciptakan masyarakat yang adil dan makmur berdasar Pancasila dan UUD 1945.

Namun belum banyak yang tahu bagaimana serangan Umum 1 Maret 1949 tersebut bisa membuka dunia jika Indonesia itu masih ada. Serangan Umum 1 Maret 1949 membuka mata dunia bahwa Republik Indonesia masih ada dan masih tegak berdiri.

Kabar serangan umum 1 Maret 1949 tersebut tersiar ke seluruh penjuru dunia berkat radio darurat yang dimiliki oleh AURI kala itu. Radio yang berdiri secara cara kucing-kucingan dengan agresi militer Belanda ini memiliki peran besar dalam catatan sejarah kedaulatan Bangsa Indonesia.

Serangan Umum 1 Maret 1949 disiarkan dari sebuah rumah tradisional berbentuk Limasan sederhana milik seorang petani yang bernama Pawirosetomo yang berada di Padukuhan Banaran, Kalurahan Playen, Kapanewon Playen, Gunungkidul, Yogyakarta.

Soeroso, lelaki yang dipercaya menjadi juru kunci Museum PC 2 AuRi ini mengungkapkan rumah berukuran 12 x 14 meter persegi ini dulunya memang menjad rumah tinggal keluarga besar kakeknya, Pawirosetomo. Di rumah inilah berdiri radio pemancar PC 2 Auri.

PC 2 AURI yang digunakan untuk siaran ini di dulu disembunyikan di ruang bawah tanah di dapur milik Pawirosetomo (eyang dari Soeroso). Untuk mengelabui tentara Belanda, peralatan pemancar radio tersebutditimbun dengan kayu bakar, sementara antena pemancarnya di rentangkan diantara dua pohon kelapa di halaman.

"Cerita dari Almarhum bapak, dulu kalau siaran hanya pada waktu malam. Ya untuk menghindari patroli Belanda yang mencari keberadaan AURI dan Jendral Sudirman," cerita Soeroso.

Operasional radio dipimpin oleh Marsekal Madya Boedihardjo, anggota kesatuan AURI,  yang dimasa Orde Baru pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan. Boedihardjo adalah sosok yang mendirikan markas radio AURI di Banaran. 

Kala itu, jenderal  Sudirman dalam gerilya sempat singgah di Banaran, sebelum meneruskan perjalanan gerilya ke wilayah Wonogiri. Para pejuang ini memang menyingkir ke luar daerah, sewaktu Agresi militer Belanda ke dua, Yogyakarta berhasil diduduki oleh Belanda. "Dari rumah inilah, sejarah Bangsa Indonesia tetap tertulis,"kata dia.

Menurutnya, kabar TNI yang melakukan serangan umum 1 Maret 1949 dan berhasil menguasai kota Yogyakarta, dipancarkan lewat radio PC 2 AURI. Karena hanya sederhana, siaran tersebut diteruskan ke stasiun pemancar radio lain yang dimiliki oleh para pejuang Indonesia.

Siaran ini diterima di stasiun radio Bidaralam, Sumatera Barat, selanjutnya secara estafet di relay ke stasiun AURI di Takengon, Aceh, diteruskan ke Rangoon, Burma sehingga diterima pemancar All India, dan akhirnya sampai ke perwakilan RI di PBB, New York, Amerika Serikat.

"Berita ini menunjukan bahwa Republik Indonesia masih ada dan kuat, sekaligus mematahkan propaganda Belanda bahwa Republik Indonesia sudah habis dan TNI hanyalah sekelompok para exstrimis," terang

Dari ceritanya dan dokumen sejarah yang berada di museum, hal inilah akhirnya yang dijadikan dasar diplomasi perwakilan RI di PBB, tentang eksistensi negara Republik Indonesia. Dari hasil diplomasi pada sidang PBB tanggal 7 Maret 1949, akhirnya banyak negara di dunia yang akhirnya mengakui kemerdekaan Republik Indonesia.

Kabar TNI menguasai Yogyakarta, yang sampai ke PBB tentu membuat berang pemerintah Belanda. Dan pada 10 Maret 1949, Belanda menggelar operasi militer besar besaran untuk menyerbu Gunungkidul, dengan target menangkap Jenderal Sudirman dan menemukan stasiun radio AURI.

Serangan ini diawali dengan memborbardir lapangan udara Gading, dan menerjunkan 300 personil lintas udara. Di darat, Belanda mengerahkan lebih dari 3.000 tentara untuk menyerbu Gunungkidul. Namun berkat siasat perang gerilya Jenderal Sudirman, Belanda kewalahan menghadapinya. "Operasi militer ini adalah operasi militer terbesar kedua, setelah aksi Agresi militer ke dua," katanya.

Operasi militer ini dianggap sebagai salah satu operasi militer yang gagal, karena tidak berhasil menangkap Jenderal Sudirman atau menemukan stasiun radio AURI. Hal ini menurut Soeroso tidak lepas dari peran warga masyarakat yang ikut berjuang dalam melindungi para tentara TNI.

"Tentara Belanda sebetulnya sudah sangat dekat, hanya 50 meter dari sini, di perempatan situ, tapi mereka mengambil arah yang salah," kata Soeroso.

Editor: Ainun Najib

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut