Dilengkapi Monumen dan Museum Perjuangan, Jembatan Bantar Jadi Destinasi Sejarah
Ketua Dewan Kurator Museum Soesilo Soedarman yang turut melestarikan sejarah di Jembatan Bantar, Indroyono Soesilo mengatakan, jembatan ini dirancang pada 1916 sebagai jembatan gantung dengan teknologi modern pada zamannya. Jembatan gantung dipilih karena Sungai Progo lebar dan kerap banjir sehingga dibuat 2 tiang pancang.
Pembangunan dimulai 1917, namun terhenti karena harga baja meroket pasca Perang Dunia I. Pembangunan dilanjutkan pada 1928 dan selesai 1929. Baja didatangkan dari Belanda lewat kapal laut dana diturunkan di Cilacap. Selanjutnya dibawa dengan kereta ke Stasiun Sentolo.
“Jembatan Bantar diresmikan oleh Gubernur Yogyakarta JE Jasper pada 17 Juni 1929. Total Pembangunan jembatan, sebesar 455.000 Gulden, dibagi rata antara Pemerintah Kolonial Belanda dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat,” katanya.
Jembatan ini menjadi salah satu titik pertempuran Belanda dengan TNI melalui strategi perang gerilya. Pada Februari 1949, pasukan TNI menyerang kedudukan Belanda di Jembatan Bantar. Selain itu juga pada 1 Maret 1949 untuk mencegah Belanda memperkuat kekuatan di Kota Yogyakarta yang diserang TNI.
“Pada 1 Maret 1995, Jembatan Bantar diresmikan sebagai Monumen Perjuangan oleh Menko Polkam RI pada waktu itu, Jenderal (Purn) Soesilo Soedarman, selaku Ketua Umum Pagubuyan Wehrekreise III,” katanya.
Editor: Kuntadi Kuntadi