Ganjar Usulkan GeNose dari UGM Jadi Alat Uji Resmi Covid-19
SEMARANG, iNews.id – Ganjar Pranowo mengusulkan agar Indonesia menerapkan GeNose C19 dari UGM sebagai alat uji resmi Covid-19. Gubernur Jawa Tengah ini membayangkan, jika semua Puskesmas di Indonesia memiliki alat ini, maka proses tracing akan semakin cepat.
Selain itu, para surveilans yang bekerja di lapangan akan sangat terbantu dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
"Saya langsung pesan alat ini karena produk anak bangsa, labelnya Merah Putih. Maka negara harus berpihak. Saya bayangkan kalau negara memerintahkan seluruh daerah menggunakan ini, maka surveilans akan jauh lebih baik dan coverage pengecekan di Indonesia untuk mengetahui berapa yang terpapar akan jauh lebih cepat," kata Ganjar saat mengunjungi pabrik GeNose di UGM Science Technopark Yogyakarta, Selasa (5/1/2021).
Menurutnya, harga dari GeNose sangat murah, yakni Rp62 juta, sehingga dengan harga itu satu alat bisa digunakan untuk mengetes 100.000 orang, maka kalkulasinya jauh lebih murah dibanding alat tes Covid-19 lainnya.
"Kalau kita bicara politik kesehatan, maka ini sangat murah karena bisa mengcover banyak orang. Kalaupun masyarakat harus bayar sendiri untuk tes ini, kisarannya kantongnya Rp15.000 dan biaya tambahan lainnya total hanya Rp25.000, maka sangat terjangkau. Tapi kalau dibiayai negara, ini jauh lebih murah. Bandingkan dengan PCR tes yang harganya bisa Rp900.000 per tes," ujarnya.
Sementara, Ketua Tim GeNose C-19, Prof Kuwat Triyana menerangkan, cara kerja GeNose adalah mendeteksi senyawa organik bernama Volatile Organic Compound (VOC) hasil proses metabolik virus Covid-19 di dalam tubuh melalui hembusan nafas.
"Kalau yang memiliki Covid-19, reaksi metabolik yang dihasilkan akan berbeda dengan patogen lain. Jadi, kalau yang mengandung Covid-19, langsung bisa terdeteksi," kata Prof Kuwat.
Pengujian GeNose, kata Kuwat, sudah dilakukan berkali-kali dengan ribuan orang yang berbeda. Setelah pengujian itu, otak mesin tersebut telah dikunci untuk mendeteksi senyawa yang berbahaya khususnya Covid-19.
Editor: Ainun Najib