Hati Suhita, Film yang Mengangkat Perjodohan di Kalangan Pondok Pesantren
YOGYAKARTA, iNews.id - Hati Suhita, sebuah film yang diangkat dari novel best seller karya Khilma Anis bakal resmi meluncur di bioskop tanah air. Film ini menjadi salah satu karya alternatif yang bisa disaksikan mulai tanggal 25 Mei 2023 mendatang.
Viralnya novel Hati Suhita membuatnya diangkat ke layar lebar. Archie Hekagery lantas ditunjuk sebagai sutradara. Nama Suhita rupanya punya makna tersendiri. Suhita berasal dari karakter wayang Dewi Suhita yang memiliki hati sekuat baja meski tidak diinginkan oleh sang suami.
Untuk mendukung kisah cinta yang bikin nangis sekaligus baper, film Hati Suhita juga menghadirkan OST dari Raissa Anggiani ft Raja Giannuca "Benih" dan Soegi Bornean "Samsara".
Minggu (21/5/2023) kemarin, film ini diputar di bioskop di Yogyakarta. Film ini mendapat sambutan hangat dari penonton karena mereka merasa dicampuradukan perasaannya ketika menyaksikan kisah pernikahan Alina Suhita dengan Gus Birru, Putra Tunggal Pengasuh Pondok Pesantren di terkemuka di Kediri.
Alina Suhita dijodohkan oleh orangtuanya yang telah sepakat dengan pemilik Pondok Pesantren di Kediri tersebut yaitu dengan Gus Birru. Di sisi lain, Gus Birru telah memiliki kekasih bernama Rengganis.
Pernik pernikahan di mana Gus Birru tidak bersedia tidur seranjang dengan Alina Suhita hingga komunikasi Gus Birru dengan Rengganis yang dilakukan terang-terangan di depan Alina Suhita membuat penonton gemes dengan sikap Alina yang dengan sabar tetap melayani Gus Birru bersama dengan melayani mertuanya.
Hingga puncaknya Alina Suhita pulang ke rumahnya untuk bertemu kakek neneknya. Hingga akhirnya bertemu dengan lelaki yang telah lama memendam rasa dengan Alina Suhita. Kisah keduanya berakhir bahagia ketika Gus Birru terbuka hatinya menerima Alina Suhita berkat film dokumenter yang dibuat oleh Rengganis
Roman ini mengambil background pondok pesantren, film ini juga menepis anggapan pondok pesantren adalah tempat yang kaku, kuno dan tradisional. Sikap bagaimana seorang menantu berbakti kepada mertuanya hingga sikap hormat para santri terhadap Ning atau menantu pemilik pondok pesantren juga tergambar jelas.
Khilma Anis menuturkan sebenarnya melalui novel yang akhirnya dijadikan film tersebut, dia ingin menyajikan perjodohan dengan positif. karena dia ini lahir dan besar di dunia Pesantren dan sampai sekarang juga masih mengasuh pondok pesantren.
"Saya ingin membawakan cerita tentang perjodohan tapi nadanya positif selama ini cerita tentang perjodohan nadanya kan selalu negatif kalau ini positif,"kata dia.
Dia beralasan pesantren itu berhak mempertahankan dinastinya bukan karena tidak bisa menerima kehadiran sosok seperti Rengganis, tetapi karena memang pesantren itu harus memiliki penerus dan kebetulan di cerita ini penerusnya modelnya seperti Gus Birru.
Gus Birru sendiri adalah sosok yang tidak mau terjebak di dalam aktivitas domestik Pesantren dan memilih beraktivitas di luar pesantren. Tetapi Pesantren harus tetap berlangsung maka pemilik Pesantren memilih Alina dan akhirnya dijodohkan dengan Gus Birru.
"Gus Birru sebenarnya sudah memiliki kekasih,"ujarnya.
Menurut Khilma, jika kemudian Gus Birru itu bisa melupakan bisa memilih Alina, sebenarnya bukan karena Rengganis itu mudah dilupakan bukan titik berat cerita ini. Karena sebenarnya di dalam cerita sejujurnya wanita itu berani bertapa sehinhha Tetap tenang tapi tetap terhubung dengan Yang Maha Kuasa.
Gus Birru memilih Alina itu bukan karena Rengganis pergi tetapi justru itu karena doa uminya karena doa Alina sendiri dan karena ketabahannya. Karena kerelaan Rengganismaka cerita ini disebut-sebut sebagai film tanpa tokoh antagonis, karena yang menjadi antagonis adalah situasinya.
Omar Daniel berakting sebagai Gus Birru, sedangkan Nadya Arina dipercaya memerankan sosok Ning Alina Suhita. Selanjutnya untuk peran Ratna Rengganis, Anggika Bolsterli-lah yang terpilih.
Selain para pemeran utama, film Hati Suhita diramaikan pameran pendukung yang tak kalah keren. Di antaranya Ariyo Wahab, Cesa David, David Chalik, Wafda Saifan, Widyawati Sophian, Tanta Ginting, Devina Aurel, Slamet Rahardjo, Desy Ratnasari, Ence Bagus, dan Alessandro Gianni.
Sebagian besar para pemain mengaku berubah pandangannya tentang Pondok Pesantren usai memainkan film ini. Mereka tidak lagi memandang Pondok Pesantren adalah kuno, tertinggal dengan yang lain dan ketinggalan jaman.
"Ternyata Pondok Pesantren sekarang sudah modern. Menerima perubahan bahkan mengaplikasikan Tehnologi untuk pembelajaran,"tutur Nadia Rina, pemeran Alina Suhita.
Untuk menjadi Suhita, Nadia mengaku harus belajar banyak tentang kehidupan pondok pesantren. Sosok Alina Suhita berbanding terbalik dengan dirinya yang tidak memiliki background pondok pesantren.
Editor: Ainun Najib