JAKARTA, iNews.id – Rusia melakukan invansi ke Ukraina. Akibat operasi militer ini negara BeraunG merah itu dikabarkan mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Berdasarkan pernyataan Kementerian Pertahanan Ukraina, hingga Selasa (22/3/2022), Rusia telah kehilangan 99 pesawat, 123 helikopter, 509 tank, 252 artileri, 1.566 kendaraan lapis baja, 3 kapal, 1.000 kendaraan militer. Rusia juga mengalami kerugian logistik berupa 70 tangki bahan bakar, 45 pesawat antiperang, 80 peluncur roket, dan 35 UAV.
Balai Pertemuan di Wisata Pengklik Prambanan Roboh Diterjang Hujan dan Angin Kencang
Secara spesifik, berdasarkan artikel dari Oryx, dari 155 kendaraan dan peralatan perang yang Rusia miliki, 68 di antaranya hancur, 6 rusak, 21 ditinggalkan, 60 dikuasai musuh. Sementara sembilan tank milik Moskow hancur, satu rusak, tiga ditinggalkan, dan 2 dikuasai lawan.
Sebanyak dua kapal pendarat mengalami rusak dan hancur. Sebuah kapal patroli hancur. Selain itu, dari 68 pesawat, yang mengalami hancur sebanyak 57 buah, 4 rusak, 2 ditinggalkan, dan 5 dikuasai. Truk, kendaraan, dan jeep sejumlah 65, sebanyak 31 hancur, 2 rusak, 14 terbengkalai, dan 18 dikuasai.
Ramalan Zodiak Hari Ini : Sagitarius, Aries dan Gemini Jangan Suka Nekat
Sementara Vox melaporkan, menurut data yang masuk ke Departemen Pertahanan AS (Pentagon), lebih dari 7.000 tentara Rusia tewas setelah tiga minggu pertempuran. Bahkan, dikatakan jumlah kematian ini jauh lebih besar dibandingkan dengan 20 tahun pertempuran tentara Amerika Serikat di Afghanistan.
Para tentara Rusia itu dikatakan tewas di medan perang akibat serangan militer Ukraina. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa mereka mengalami kelaparan, kedinginan, dan kelelahan karena berjaga di tengah musim dingin selama berminggu-minggu di Belarus dan dekat perbatasan Ukraina, menanti perintah dari Angkat Senjata Rusia.
Bunuh 2 Perempuan Muda, Pria Kulonprogo Divonis Pidana Seumur Hidup
Sementara itu, dari segi ekonomi, Rusia juga mengalami kerugian yang diklaim media Barat tak kalah besar. Berbagai sanksi telah dijatuhkan oleh berbagai negara, termasuk Uni Eropa, Jepang, Amerika, bahkan termasuk sanksi SWIFT (Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication), sistem keuangan terbesar di dunia, dan diyakini Rusia diblokir secara resmi dari pasar keuangan global.
Beberapa media pro-Barat juga menyebut Rusia diblokir akses internetnya oleh perusahaan-perusahaan teknologi dunia, seperti YouTube dan Facebook. Padahal, yang terjadi sebenarnya adalah justru Rusialah yang melarang Facebook.
Seperti diketahui Presiden Rusia, Vladimir Putin mengerahkan tentaranya untuk menyerang Ukraina sejak 24 Februari lalu. Dia menyebut serangan ke negara tetangga itu sebagai operasi militer khusus untuk mendemiliterisasi dan “mendenazifikasi” Ukraina.
Editor: Ainun Najib