get app
inews
Aa Text
Read Next : Bupati Wonosobo Ungkap Filosofi di Balik Patung Biawak yang Viral dan Ikonik

Keraton Yogya Kenalkan Filosofi Vegetasi di International Symposium and Exhibition on Javanese Culture 2023

Kamis, 09 Maret 2023 - 19:10:00 WIB
Keraton Yogya Kenalkan Filosofi Vegetasi di International Symposium and Exhibition on Javanese Culture 2023
KPH Notonegoro, GKR Hayu (tengah) dan GKR Bendoro saat memberikan keterangan pers tentang agenda International Symposium and Exhibition on Javanese Culture 2023 di Hotel Plaza Ambarrukmo, Kamis (09/03/2023). (Foto: iNews.id /yohanes demo)

YOGYAKARTA, iNews.id- Keraton Yogyakarta menggelar International Symposium and Exhibition on Javanese Culture 2023. Agenda tahunan ini dalam rangka memperingati Tingalan Jumenengan Dalem (peringatan kenaikan tahta) Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Untuk menandai ulang tahun kenaikan takhta ke-34 raja Jogja kali ini mengusung tema The Meaning and Function of Vegetation in Preserving Nature and Traditions in the Sultanate of Yogyakarta.

Ketua panitia penyelenggara International Symposium and Exhibition on Javanese Culture 2023 Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu mengatakan, tema tersebut diambil dalam rangka untuk mengenalkan makna dan fungsi vegetasi dalam menjaga kelestarian alam dan tradisi di Keraton Yogyakarta.

"Tema simposium beda-beda, kenapa vegetasi? Pertama, kalau berbicara sumbu filosofi ini jarang disorot, sebagai orang Jawa bukan hanya yang kelihatan, orang Jawa itukan simbolis. Misal penggunaan bunga mawar untuk orang terkasih, kembang kantil terlihat horor padahal di Keraton terbalik. Justru bunga mawar itu untuk bunga tabur," kata dia dalam sesi jumpa pers di hotel Plaza Ambarrukmo, Depok, Sleman, Kamis (09/03/2023).

Lebih lanjut, terkait dengan jenis-jenis vegetasi yang syarat akan makna dan penuh filosofi diantaranya adalah pohon beringin yang ditanam di Alun-alun Keraton. Pohon beringin dianggap sebagai pohon hayat atau pohon kehidupan. Pokok pohon yang besar sangat efektif dalam menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen. 

Ada juga pohon Keben yang ditanam di sekitar Kamandungan Lor atau halaman Keben. Keben sendiri berasal dari kata tangkeb-en, atau menutup, yang dimaksud adalah menutup segala pengaruh hawa nafsu. Ada pula yang memaknainya sebagai hangrukebi, atau melindungi.

"Makna-makna filosofi tersebut tentunya sangat baik untuk bisa terus menjadi pedoman masyarakat, bukan hanya di DIY saja, melainkan di mana pun," tuturnya.

Pengenalan keberagaman vegetasi di Keraton Yogyakarta ini, kata dia, dengan mengajak para peneliti, khususnya peneliti muda untuk mengumpulkan berbagai informasi terkait nilai-nilai adiluhung atas peninggalan para pendahulu Keraton Yogyakarta.

"Misi utama symposium memberikan kesempatan kepada para peneliti muda untuk bisa tampil di panggung. Harapannya kedepan semakin banyak orang yang meneliti soal Keraton," katanya.

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendoro mengatakan, pemilihan tema ini adalah menangkap isu pemanasan global yang telah terjadi secara masif. Melalui peringatan ini, Keraton Yogyakarta ingin mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan.

"Salah satunya, pemilihan vegetasi adalah menangkap isu global change, memberi awareness kepada masyarakat, kemudian untuk pemerintah soal kearifan lokal yang perlu dijaga," katanya.

Editor: Ainun Najib

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut