Mahfud MD Sebut Ada Upaya Merongrong Bangsa dengan Saling Mengafirkan
 
                 
             
                YOGYAKARTA, iNews.id - Kondisi politik jelang Pemilu 2019 dinilai mulai membahayakan dan merongrong ikatan kebangsaan. Hal ini karena seseorang dengan mudah menyerang dan cepat mengafirkan orang lain yang beda pilihan politik.
Ketua Gerakan Sulung Kebangsaan (GSK) Mahfud MD mengatakan, saat ini orang sudah saling tuding dengan berbagai intrik. Mulai dari intrik pro asing, yang satu pro pribumi. Satu China, satu pribumi, satu Arab, satu Jawa, satu luar Jawa. "Tentu saja hal ini membahayakan bangsa. Karena pemilu orang saling mengkafirkan, mengungkit-ungkit kesalahan orang yang belum tentu benar, ini membahayakan," kata Mahfud MD dalam Dialog Kebangsaan Seri V di Stasiun Tugu Yogyakarta, Selasa (19/2/2019) malam.
 
                                    Mantan ketua MK ini menuturkan, dengan kebiasaan saling tuding yang semakin nyata, hal ini jelas merongrong ikatan bangsa dan negara, merongrong politik kebangsaan. "Misalnya karena pemilihan umum, orang saling mengkafirkan," kata Guru Besar Fakultas Hukum UII ini.
Pakar Hukum Tata Negara ini mengajak masyarakat mengedepankan politik kebangsaan karena posisinya lebih tinggi daripada politik praktis seperti pemilu. "Politik kebangsaan adalah high politics, sedangkan pemilihan umum adalah politik tingkat bawah atau low politics. Kepentingannya hanyalah pemilu," katanya dikutip SINDOnews.
 
                                    Karena itu, Mahfud mengajak semua lapisan masyarakat menyambut pemilu seperti pesta. Dengan demikian tidak ada kesedihan tapi kegembiraan. "Di dalam pesta, boleh memilih makanan apa saja yang disediakan. Kemudian saling tersenyum satu dengan yang lain, saling berpelukan lalu berpisah. Mudah-mudahan bertemu di pesta berikutnya," ungkapnya.
Mahfud juga mengingatkan bahwa Indonesia betapa anugerah yang luar biasa tentang Indonesia, terbangun dalam kebersatuan. Indonesia terdiri dari 1.360 suku dengan 762 bahasa. Dalam undang-undang ada enam agama yang diakui.
Belum lagi dengan kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau. Jumlah penduduknya 260 juta lebih. "Saat Indonesia merdeka, jumlah penduduk baru sekitar 70-75 juta penduduk. Mereka bersatu membangun Indonesia dan merdeka, karena semangat nasionalisme," katanya.
Editor: Kastolani Marzuki
 
                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                     
                                 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                