Melihat Perjuangan Giri Trisno Raih Gelar Sarjana UGM di Tengah Keterbatasan Penglihatan

SLEMAN, iNews.id - Giri Trisno Putra Sambada (25) resmi menyandang gelar Sarjana Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) setelah diwisuda pada Rabu (23/2/2022). Keterbatasan fisik tidak menghalanginya untuk menorehkan prestasi.
Giri lulus dari Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UGM dengan indek prestasi 3,43 atau sangat memuaskan. Perjuangannya mendapatkan gelar ini melalui berbagai rintangan. Sejak 2015 kedua matanya tidak bisa melihat karena buta.
“Saat masuk UGM 2014 saya masih normal sampai semester dua. Tetapi setelah itu mata saya tidak bisa untuk melihat,” kata Giri, Rabu (23/2/2022).
Fungsi penglihatannya berkurang ketika mengikuti pembelajaran di kelas. Tanpa merasakan sakit kedua matanya tak bisa berfungsi secara normal. Bahkan belakangan akhirnya buta dan tidak bisa melihat.
Selama empat bulan dirinya mengikuti perawatan medis di RSUP DR Sardjito. Saat itu dokter mengeluarkan diagnosa adanya peradangan pada saraf matanya dan apa penyebabnya belum bisa diketahui.
“Awalnya saya masih memaksakan masuk untuk ikut ujian akhir semester. Tetapi saya menangis tidak bisa membaca dan menulis, hingga akhirnya pulang dijemput ayah,” ujarnya.
Saat itulah dia benar-benar terpuruk dan tidak tahu harus bagaimana. Berbagai pengobatan alternatif juga ditempuh dengan hasil nihil. Dia pun mengambil cuti kuliah selama lima semester. Barulah 2018 dia kembali masuk kuliah setelah berkonsultasi Kaprodi, Kadep, dan Wadek bidang Akademik.
Dukungan dari kampus, dosen dan teman-temannya membuatnya bangkit untuk menyelesaikan perkuliahan. Berbagai kecemasan sempat muncul namun dia bisa melalui dengan menjaga komunikasi dengan dosen dan fakultas, serta dukungan dari kampus dalam mewujudkan kampus inklusif.
"Saat masuk itu kepedulian terhadap disabilitas belum seperti saat ini, tetapi dengan usaha dan komunikasi yang baik bisa terbentuk suasa inklusif bagi disabilitas,"katanya.
Saat itu dosen diarahkan membuat materi pembelajaran yang harus bisa diakses semua mahasiswa termasuk disabilitas. Asisten dosen juga banyak membantu Giri dalam menjalankan kegiatan pembelajaran, memberikan tutorial untuk beberapa mata kuliah kuantatif.
“Pandemi Covid-19 dengan pembelajaran online menjadi tantangan lagi. Lagi-lagi komunikasi membuat semuanya berjalan baik,” ujarnya.
Menurutnya UGM merupakan kampus yang ramah bagi penyandang disabilitas. Dia ingin UGM terus mengembangkan pendidikan dan lingkungan yang semakin inklusif bagi mahasiswa penyandang disabilitas.
Giri merupakan sosok berprestasi dengan berbagai juara pernah diraihnya. Mulai dari lomba dongeng tingkat DIY, OSN IPS SMP Tingkat Kota Yogyakarta, OSN Ekonomi SMA tingkat Kota Yogyakarta, dan juara nasional Duta Budaya dan Tradisi Indonesia. Lalu masuk ke UGM pun melalui jalur prestasi yakni SNMPTN Undangan.
Giri juga mendapat beasiswa pendidikan sarjana dari Tanoto Foundation. Bahkan beasiswa ini terus berlanjut setelah dia dinyatakan diterima kuliah program Magister Sains FEB UGM. Giri juga mendapatkan gelar mahasiswa disabilitas berprestasi dan menerima penghargaan dari Presiden yang diserahkan oleh staf khusus presiden Angkie Yudistia pada Desember 2021 lalu.
Skripsi berjudul Manajemen di Era Digitalisasi juga terpilih masuk menjadi book chapter yang akan diterbitkan Departemen Manajemen FEB UGM. Ia pun banyak diundang menjadi pembicara diberbagai kesempatan terkait menumbuhkan lingkungan inklusif bagi difabel.
“Disabilitas menjadi sebuah keistimewaan yang menjadikannya sebagai ciri khas. Jadikanlah hal itu sebagai penyemangat untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin sehingga bias menjadi juara di masyarakat," pesannya.
Giri merupakan putra pertama pasangan Sutrisno (55) dan Ngersi Suprihatin (45) yang tinggal di Minggiran MJII/1197, Matrijeron, Yogyakarta. Kedua orang tuanya sehari-hari berjualan soto di daerah Tamanan, Bantul.
Editor: Kuntadi Kuntadi