Mencicipi Soto Sampah, Kuliner Legendaris Yogyakarta Sejak 1976 yang Kaya Bumbu Rempah
YOGYAKARTA, iNews.id - Berkunjung ke Yogyakarta tidak lengkap jika tidak mencicipi aneka menu kuliner yang harganya merakyat. Salah satu kuliner legendaris adalah Soto Sampah yang sudah ada sejak 1967.
Warung soto sampah ini terletak di Jalang Kranggan, Cokrodiningratan yang masih berada di kawasan Tugu Yogyakarta. Saat ini warung soto ini sudah dikelola oleh generasi ketiga.
Kuliner soto sampah di telinga terdengar sangat aneh. Namun makanan dengan kuah yang segar ini banyak diburu penikmat soto. Sampah hanya berupa kata bukanlah dalam makna sampah yang sebenarnya.
“Ini sudah didirikan sejak 1967, sekarang yang mengelola generasi ketiga,” kata pengelola Soto, Wahyu Susilowati, Minggu (18/9/2022).
Warung soto ini bukan sejak pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 03.00 dini hari. Banyak pengujung yang penasaran untuk mencicipi makanan ini.
Asal nama soto sampah karena banyak menggunakan aneka bumbu rempah dalam kuahnya. Selain itu tampilan soto juga disajikan berantakan di dalam mangkok. Dari sinilah pengunjung memberi julukan soto sampah yang amanya justru semakin populer.
Soto ini hampir sama dengan soto pada umumnya. Isiannya berupa potongan kubis atau kol, dengan mi putih, tauge dan potongan daun seledri. Sedangkan dagingnya ada dua ayam dan daging sapi.
Soto ini disajikan dengan nasi hangat yang disiram dengan kuah yang panas sehingga rasanya cukup segar. Apalagi kuahnya bening dengan bumbu rempah yang sangat terasa. Pengunjung juga bisa menikmati aneka gorengan dan aneka sate.
“Harganya sangat terjangkau Rp6.000 untuk satu mangkuk dan gorengan Rp1.000,” katanya.
Salah satu pengunjung Alfilia mengaku beberapa kali menikmati soto di sini. Awalnya dia diajak oleh teman-temannya dan saat mencoba menemukan rasa yang enak. Sejak saat itulah dia menjadi pelanggan.
“Awalnya diajak teman, sekarang sering ke sini. Rasanya juga enak, segar,” katanya.
Pengunjung yang lain Nugroho mengaku suka dengan soto sampah karena bumbunya yang gurih dan terasa nikmat. Disamping itu harganya juga ramah di kantong.
“Tahunya dari medoa sosial, kemudian ke sini dan harganya sangat terjangkau ,” katanya.
Editor: Kuntadi Kuntadi