get app
inews
Aa Text
Read Next : Viral Video Suami Aniaya Istri Depan Anak-Anak di Asahan, Pelaku Ditahan

Muhammadiyah Buka Suara soal Khatib Shalat Id yang Viral Singgung Kecurangan Pemilu

Jumat, 12 April 2024 - 14:47:00 WIB
Muhammadiyah Buka Suara soal Khatib Shalat Id yang Viral Singgung Kecurangan Pemilu
Tangkapan layar jemaah mendadak membubarkan diri saat Salat Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah saat khatib membawakan khutbah menyinggung pemilu di Lapangan Tamanan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY. (Foto: Twitter @merapi_uncover)

BANTUL, iNews.id – Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul buka suara terkait khatib yang viral di media sosial karena menyampaikan kecurangan pemilu dalam materi khotbah shalat Idul Fitri di Lapangan Tamanan, Kapanewon Banguntapan, Bantul. 

Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul, Qomaru mengatakan materi yang disampaikan dalam khobat tersebut memang di luar koordinasi persyarikatan Muhammadiyah. Namun dia mengakui jika khatib itu kader Muhammadiyah dan dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD). 

"Dia kan dosen UAD meskipun sudah sekitar 2 tahun ini beliau sudah tidak mengajar," kata dia ketika dikonfirmasi, Jumat (12/4/2024) 

Menurut Qomaru, substansi materi dalam khotbah tersebut sebetulnya sudah benar karena mengkaitkan ayat Alquran dengan kondisi yang ada. Namun, semestinya untuk menyampaikan atau mengkaitkan dengan kondisi yang ada saat ini memang harus bijak atau sering disebut bilhikmah. 

Meski demikian, dia mengelak jika sikapnya tersebut bukan berarti mendukung isi khotbah. Dia hanya khusnudzon berprasangka baik di mana niat dari khatib tersebut adalah baik. Hanya saja untuk mengkaitkannya itu perlu hal-hal bijak yaitu bil hikmah. 

"Menyampaikan sesuatu itu kita harus bijak di depan siapa kita bicara. Bukan beratti saya mendukung kalau yang namanya berdakwah itu kita serahkan ke dia. Itu yang penting kita harus bijak di depan siapa kita bicara," kata dia.

Menurutnya, kecurangan pemilu itu adalah interprestasi individu dan ketika disampaikan ke publik maka harus hati-hati, harus tahu siapa yang diajak bicara. Jika disampaikan di kalangan yang memiliki interprestasi yang sama itu tidak masalah namun ketika disampaikan ke umum baru bermasalah karena tidak bisa memilah.

Dia menandaskan jika saat itu bukan hanya waktu yang tidak pas tetapi audiensnya juga tidak tepat. Karena yang namanya publik itu maka tidak bisa menganggap bahwa seseorang itu sepakat dengan apa yang bakal disampaikan tersebut. 

"Sebenarnya normal-normal saja itu muhammadiyah tidak ada huhungannya dengan itu," ujarnya.

Editor: Kastolani Marzuki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut