Panglima Ukraina Sebut Rusia Berpotensi Gunakan Nuklir

KIEV, iNews.id - Pasukan Rusia berpotensi menggunakan senjata nuklir taktis dalam peeang di Ukraina. Hal ini disampaikan Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Valeriy Zaluzhnyi.

Jika hal itu terjadi, Valeriy kawatir serangan itu bisa memicu perang nuklir terbatas.

Baca Juga

Ojol di Kulonprogo Minta Zona Merah Penumpang Dihapus

"Ada ancaman langsung, dalam kondisi tertentu, dari penggunaan senjata nuklir taktis oleh Angkatan Bersenjata Rusia," kata Zaluzhnyi, dalam tulisannya kepada kantor berita pemerintah, Ukrinform.

Zaluzhnyi menilai celah penggunaan senjata pemusnah massal itu masih ada 

Baca Juga

Ramalan Zodiak Hari Ini: Aquarius, Capricorn dan Virgo Terkesan Dingin ke Pasangan

meski Rusia berkali-kali menegaskan tak akan menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina.

Dia juga mengatakan, tidak mungkin mengesampingkan sepenuhnya keterlibatan langsung negara-negara dalam perang nuklir terbatas di Ukraina.

Baca Juga

DPRD DIY akan Sampaikan Tuntutan Buruh ke Pemerintah Pusat

"Prospek Perang Dunia III sudah terlihat secara langsung," kata Zaluzhnyi, dalam artikel yang juga ditulis bersama oleh anggota parlemen Mykhailo Zabrodskyi itu.

Serangan ke Krimea

Sementara itu Zaluzhnyi mengakui Ukraina bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadap pangkalan udara Rusia di Semenanjung Krimea pada bulan lalu. Krimea merupakan wilayah Ukraina uyang dicaplok Rusia sejak 2014.

Serangan itu mengincar beberapa pangkalan, termasuk satu yang terparah yakni fasilitas militer Saky.

Menurut Zaluzhnyi, serangan itu dilakukan menggunakan rudal atau roket, namun enggan menjelaskan lebih lanjut.

Sebelum pengakuan ini, pejabat Ukraina hanya memberikan isyarat keterlibatannya dalam serangan Krimea, bukan pernyataan resmi. 

"Kita berbicara tentang keberhasilan serangkaian serangan roket terhadap pangkalan udara musuh di Krimea, yang utama pangkalan udara Saky," ujarnya. 

Namun dalam catatan kaki artikel terdapat klarifikasi berisi bahwa peristiwa di Saky merupakan serangan gabungan yang terjadi pada 9 Agustus. Akibat serangan itu 10 jet tempur Rusia tak bisa digunakan lagi alias hancur.

Editor: Ainun Najib