Pertahankan Tradisi, Warga Pengkol Gelar Jamasan Pusaka pada Malam Satu Suro
GUNUNGKIDUL, iNews.id – Warga Padukuhan Pengkol, Kalurahan Pengkol, Kapanewon Nglipar, Gunungkidul masih melestarikan tradisi jamasan pusaka pada bulan Muharram atau malam satu Suro dalam penanggalan Jawa. Mereka mengarak pusaka dan menjamas di Ki Agung Damar Djati yang berjarak empat kilometer dari Rumah Budaya Pengkol.
Tradisi ini rutin dilaksanakan warga Pengkol pada malam 1 Muharram yang tepat pada Senin (9/8/2021) malam. Tradisi diawali dengan menggelar doa dan tahlil di Rumah Budaya yang menjadi tepat menyimpan pusaka.
Selanjutnya empat pusaka dikeluarkan untuk diserahterimakan dari juru kunci kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta yang kebetulan warga setempat. Empat pusaka berupa Pusoko tombak Korowelang, Tombak Kyai Umbul Katon, Pusaka Cemethi Pamuk dan Pusoko Payung Agung dikeluarkan, dari rumah yang dijadikan tempal tinggal Ki Joko Narendro.
Pusaka ini kemudian di arah ke makam Ki Ageng Damar Jati yang menjadi leluhur warga Pengkol. Pusaka ini dibawa dengan diiringi obor dari minyak tanah diikuti puluhan warga dengan berjalan kaki sejauh empat kilometer.
Begitu tiba di makam, empat pusaka ini dijamas menggunakan jeruk nipis dan beberapa minyak khusus. Selanjutnya pusaka ini kembali diarak menuju ke rumah budaya. Setelah pusaka disemaymkan, dilanjutkan dengan tradisi nguras gentong Kyai Sobo yang ada di halaman Rumah Budaya Pengkol. Air kurasan ini dipercaya mendatangkan berkah untuk keselamatan.
Setelah air dibagikan, gentong ini kemudian diisi air lagi dari tujuh sumur, curug dan pertemuan sungai di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Lokasi ini berada di bekas petilasan Wali Songo.
“Biasanya air diperebutkan, tetapi tahun ini warga diminta menyerahkan botol dan baru boleh diambil keesokan harinya,” kata Ngadiman, salah satu panitia, Selasa (10/8/2021).
Warga masih menganggap trdisi ini sakral dan suci. Banyak yang percaya air kurasan akan memberikan khasiat baik untuk karier maupun untuk keselmatan.
“Kirab untuk menjalin hubungan yang baik antar massyarakat,” katanya.
Sementara itu, Joko Narendro mengatakan kegiatan ini hanyalah sebuah event budaya dalam rangka melestarikan tradisi masyarakat yang berkembang selama ini. Empat jenis pusaka tersebut menunjukkan khasanah kekayaan budaya Jawa. Di mana masing-masing pusaka memiliki simbol dan makna yang berbeda.
“Empat pusaka ini memiliki riwayat dan makna yang berbeda,” katanya.
Editor: Kuntadi Kuntadi