Petani Kulonprogo Tolak Rencana Impor Beras, Ini Alasannya
KULONPROGO, iNews.id – Petani Kulonprogo menolak kebijakan pemerintah yang akan melakukan impor satu juta ton beras. Mereka khawatir kebijakan ini akan berdampak terhadap harga jual gabah di kalangan petani.
“Kalau saya pribadi kurang setuju, karena impor itu akan merugikan petani,” kata Setya salah seorang petani di Temon, Kulonprogo.
Setyo mengatakan, hasil panen padi di Kulonprogo cukup melimpah. Bahkan setiap tahun total produksi melebihi kebutuhan masyarakat, sehingga masa ada surplus. Masa tanam padi dalam setahun dua kali dan hasil panenan juga terjaga.
Petani saat ini justru mengeluhkan dengan menurunnya hargajual gabah kering di kalangan petani. Dalam kondisi normal harga gabah kering mencapai Rp4.200 per kilogram. Sedangkan saat ini harga gabah panen hanya Rp3.000 atau menurun dibanding sepekan lalu yang mencapai Rp3.400 per kilogram. Sedangkan harga normal mencapai Rp3.800 per kilogramnya.
“Belum impor saja harga sudah turun, bagaimana kalau jadi impor. Petani yang akan merugi kalau impor jadi dilakukan,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulonprogo, Aris Nugroho mengatakan, setiap tahun Kulonprogo mengalami surplus beras hingga mencapai 44.000 ton. Saat ini masa panen raya untuk masa tanam pertama sudah dilakukan petani dengan luasan 4.150 hektare, di wilayah Wates, Temon, sebagian Panjatan, Sentolo dan Nanggulan.
“Stok gabah kita cukup mencukupi karena setiap tahun surplus,” katanya.
Sebelumnya pada bulan Februari telah dilakukan panen di Kalibawang, sebagian Girimulyo, Galur dan Lendah dengan luasan mencapai 4.799 hektare. Sedangkan total produksi beras di tahun 2020 mencapai 79.457 ton
Editor: Kuntadi Kuntadi