Prodi Antropologi UGM Raih Peringkat Pertama di Indonesia
                
            
                SLEMAN, iNews.id - Program Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta meraih peringkat pertama di Indonesia versi lembaga pemeringkatan EduRank. Prestasi ini juga mengantarkan Antropologi UGM menduduki peringkat 21 di Asia dan 465 dunia.
Penentuan peringkat Prodi Antropologi ini, EduRank tidak membedakan antara program sarjana dan pascasarjana. Ada 10 kampus yang masuk dalam 10 besar. Penilaian diurutkan dari kinerja riset di bidang Antropologi dengan menggunakan data 279 sitasi hasil riset 441 akademisi dari 10 perguruan tinggi yang selanjutnya digunakan untuk menghitung peringkat publikasi.
                                    Peringkat kedua Prodi Antropologi Universitas Indonesia, ketiga Universitas Sebelas Maret, empat Universita Diponegoro dan lima Universitas Brawijaya. Selanjutnya peringkat keenam hingga kesepuluh diraih oleh Universitas Hasanudin, Universitas Sumatera Utara, Institut Teknologi Bandung, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Negeri Medan.
Kepala Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada Prof Pujo Semedi mengaku bersyukur atas hasil ini.
                                    “Kami sangat bersyukur jika Antropologi UGM dapat peringkat tertinggi di Indonesia dan 21 Asia. Tentu saja kami senang,” katanya.
Soal kinerja publikasi internasional, diakuinya publikasi di kalangan staf memang tinggi. Jumlah publikasi terus meningkat dari tahun ke tahun karena secara teratur staf melakukan kolaborasi internasional dengan target publikasi.
                                    Selama ini, riset yang dilakukan staf antropologi lebih dominan mengenai Indonesia. Ke depan wilayah riset akan diperluas ke luar Indonesia.
Pujo menyebutkan jumlah dosen di Departemen Antropologi UGM ada 19 orang dengan jumah mahasiswa jenjang S1, S2, S3 sekitar 450 mahasiswa.
“Pada bidang pendidikan, hanya ada satu dosen yang bergelar master, 3 sedang pendidikan doktor, 10 doktor dan 5 guru besar,” ujarnya.
Setiap tahunnya juga melakukan pertukaran dosen dengan beberapa universitas bergengsi di Eropa. Sementara di bidang pengabdian kepada masyarakat, dosen dan mahasiswa melaksanakan kegiatan pemberdayaan di masyarakat.
“Untuk program S2 kami membuka minat pemberdayaan masyarakat yang kurikulumnya berorientasi pada kerja kemasyarakatan,” katanya.
Editor: Kuntadi Kuntadi