get app
inews
Aa Text
Read Next : Viral! Pengantin di Kulonprogo Pakai Mobil Dinas Wabup untuk Pernikahan

Protes Jalan Rusak, Warga 3 Pedukuhan Kulonprogo Tutup Jalur Tambang

Kamis, 14 Februari 2019 - 18:02:00 WIB
Protes Jalan Rusak, Warga 3 Pedukuhan Kulonprogo Tutup Jalur Tambang
Warga 3 pedukuhan di Desa Kaligintung, Kecamatan Temon, Kulonprogo, DIY, saat memalang jalan tambang agar tak bisa dilewati. (Foto: iNews.id/Kuntadi)

KULONPROGO, iNews.id – Puluhan warga dari tiga pedukuhan di Desa Kaligintung, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, DIY, melakukan aksi pemalangan jalan menuju ke obyek wisata religi Astana Girigondo, yang merupakan Kompleks Makam Adipati dan keluarga Pakualaman, Kamis (14/2/2019). Penutupan ini sebagai bentuk protes atas kerusakan parah di jalan tersebut.

Pantauan iNews.id, warga menggunakan batu dan kayu untuk akses jalan itu agar tak bisa dilewati. Mereka juga berjaga-jaga di lokasi untuk memastikan tidak ada pengendara yang melintas.

Bukan tak beralasan, kondisi jalan itu saat ini rusak parah dan membahayakan. Hal ini sebagai dampak dari aktivitas penambangan tanah urug yang dipergunakan untuk pembangunan Bandara Baru Yogyakarta (New Yogyakarta International Airport/NYIA).


Perwakilan Dukuh Siwates Ribut Yuwono mengatakan, sebenarnya warga tidak mempermasalahkan adanya aktivitas tambang yang melintasi wilayah mereka. Selama perusahaan memenuhi kesepakatan yanga sudah ditandatangani bersama dengan warga. Namun hal itu tak pernah terealisasikan.

“Kami hanya ingin jalan diperbaiki. Itu saja dan silahkan menambang lagi,” ujarnya di Kulonprogo, Kamis (14/2/2019).

Menurutnya, selama ini penambang berjanji untuk memperbaiki jalan dengan menggunakan pasir campur batu (Sirtu). Namun yang terjadi hanya ditambal menggunakan tanah dari lokasi tambang. Akibatnya kondisi jalan semakin parah dan tidak merata. Bahkan saat hujan, jalan menjadi licin dan membahayakan warga.

“Mereka juga berjanji menyirami jalan enam kali per hari, tetapi nyatanya tidak ada,” ucapnya.

Warga lainnya, Subiyanto berharap permasalahan itu segera terselesaikan. Pihak perusahaan yang melakukan aktivitas tambang agar menjalankan kewajibannya yang sudah menjadi komitmen bersama. “Janji untuk memberi kompensasi kepada warga yang tanahnya dilewati juga harus ditepati,” kata Subiyanto.

Diketahui, sesuai kesepakatan awal, warga di Ring I mendapatkan kompensasi Rp200.000 dan ring II Rp100.000 per bulan. Jika ada lembur juga akan diberikan Rp25.000 per bulan. Sementara untuk desa, setiap truk yang melintas wajib membayar Rp2.000.

Kepala Desa Kaligintung Harjono meminta penambang untuk ikut peduli memelihara infrastruktur jalan. “Ini harus diperbaiki dulu, kalau mau urug dengan sirtu, jangan tanah,” tuturnya.

Sementara itu pemilik tambang Desty Pujilestari mengatakan, permasalahan yang muncul hanya masalah misskomunikasi saja. Kompensasi bagi warga sebenarnya sudah dibayarkan melalui perangkat desa. Begitu juga dengan upah klebet juga sudah.

“Itu hanya misskomunikasi saja, kami sudah bayarkan. Termasuk dana kompensasi warga. Kami juga sudah kerakan alat berat untuk memperbaiki jalan,” ujarnya.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut