Sejarah Alun-Alun Kidul Jogja, Dulu Jadi Tempat Latihan Prajurit Keraton
Sementara di pagar tembok sebelah timur ada jalan keluar ke arah timur disebut Jalan Langenarjan di sebelah utara dan Jalan Langenastran di sebelah selatan.
kemudian ke arah utara sebelah barat dan timur Siti Hinggil ada Jalan Pamengkang, dua-duanya menuju ke arah Kagungan Dalem Kamandhungan Kidul. Di bagian barat juga ada dua jalan keluar yaitu Jalan Ngadisuryan di sebelah utara dan Jalan Patehan di sebelah selatan. Di antara kedua jalan tadi ada kandang gajah dengan tiga buah tiang untuk mengikat gajah. Pada zaman dulu gajah milik raja ada tiga ekor.
Di sebelah utara Alkid terdapat Sasana Hinggil Dwi Abad. Ini adalah bangunan bersejarah dan cagar budaya. Sementara di sisi barat laut terdapat nDalem Prabukusuman. Ini adalah tempat tinggal GBPH Prabukusumo, salah satu putra dari Sri Sultan HB IX.
Di tengah-tengah Alkid juga terdapat pohon beringin kembar yang disebut supit urang. Masing-masing pohon beringin ini diberi pagar berupa jeruji sebagai gambaran busur dan anak panah.
Konon Alun-Alun Kidul atau Alun-Alun Selatan digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk gladhen (berlatih) bagi para prajurit keraton. Prajurit Keraton menggelar gladhen menjelang upacara adat tradisi budaya Garebeg, yang setiap tahun diadakan tiga kali, yaitu Garebeg Mulud, Garebeg Sawal, dan Garebeg Besar. Menurut cerita zaman dulu Alkid juga digunakan untuk berlatih olah keprajuritan bagi para prajurit keraton.
Di masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII, di Alun-Alun Selatan diadakan pertandingan panahan, adu harimau melawan kerbau, serta hiburan berupa prajurit rampogan menangkap harimau. Dahulu sampai dengan sekitar tahun 1980 M, Alun-Alun Selatan jadi tempat yang sepi, kecuali hari-hari tertentu ada kegiatan seperti latihan para prajurit, pisowanan, mubeng beteng, atau latihan panahan.
Editor: Ainun Najib