Teksturnya Lembut, Mi Lethek Jadi Makanan Legendaris yang Selalu Dirindukan

BANTUL, iNews.id – Bagi penikmat makanan berbahan mi, tidak lengkap jika belum mencicipi mie lethek. Mi tradisional ini dibuat secara sederhana berbahan tepung tapioka. Lantaran warnanya yang coklat agak putih sehingga menimbulkan kesan kotor atau lethek dalam bahasan Jawa.
Di Kabupaten Bantul, banyak warung bakmi yang menawarkan menu mie lethek. Biasanya warung ini buka pada sore sampai malam hari. Salah satunya mie lethek Mbah Jumal Mashuri (70) yang ada di Juron, Pendowoharjo, Sewon, Bantul. Warung ini menjadi langganan para pejabat untuk bersantap makan malam.
Usaha mi lethek ini dirintis oleh orang tuanya sejak puluhan tahun lalu. Menggunakan resep khusus turun temurun, kualitas dan ras mi buatan Mbah Jumal tetap terjaga. Baik mie rebus ataupun mi goreng.
“Memasaknya harus pas, kalau terlalu matang akan menjadi bubur tetapi kalau kurang agak keras,” katanya.
Untuk mendapatkan mie lethek yang enak, sebelum dimasak mie direndam dengan air matang selama tiga jam. Setelah terasa lunak agak kenyal, baru bisa dimasak. Dia menggunakan bumbu dapur seperti bawang putih, merica kemiri dan ebi.
Agar menghasilkan masakan yang lebih mantap, Mbah Jumal memilih menggunakan telur bebek yang masih segar. Telur ini dikombinasikan dengan kaldu dai rebusan ayam kampung indukan.
“Agar rasanya lebih nikmat, memasaknya menggunakan anglo dengan arang kayu,” katanya.
Setiap harinya Mbah Jumal mampu menjual hingga 150 porsi. Harga yang ditawarkan Rp20 untuk satu porsi lengkap dengan minuman teh panas dengan gula batu.
Salah satu penikmat mi lethek, Agnes Heni mengaku lebih suka dengan mi ini dibandingkan mi kuning atau bihun. Mi lethek juga memiliki tekstur lebih lembut dengan sedikit kenyal.
“Bumbunya lebih terasa dan teksturnya lembut. Ini sangat ngangeni,” katanya.
Editor: Kuntadi Kuntadi