Tentaranya Disiksa Pasukan Ukraina, Rusia Marah dan Tebar Ancaman
                
            
                MOSKOW, iNews.id - Rusia menyebut tentaranya yang tertangkap pasukan Ukraina mendapat perlakuan buruk bahkan mendapat siksaan kejam. Negeri Beruang Merah itu mengancam akan membalas perlakuan buruk dari pasukan Nazi Ukraina itu.
Juru Bicara Kemhan Rusia Igor Konashenkov mengatakan, ada juga tentaranya yang ditangkap dan ditawan.
                                    "Prajurit Rusia menunjukkan keberanian dan kepahlawanan dalam menjalankan tugas perang," tuturnya, dikutip dari Anadolu.
Igor menambahkan, pasukan Ukraina menyiksa para prajuritnya yang ditangkap serta memutus akses komunikasi dengan dunia luar. Namun dia mengklaim sudah mengetahui siapa saja tentara Ukraina yang terlibat.
                                    "Semua wajah, suara, telepon, koordinat, alamat IP, serta korespondensi semua Nazi Ukraina yang terlibat dalam penyiksaan teman-teman kami telah direkam dan diidentifikasi. Ini juga berlaku bagi para pemimpin rezim Kiev yang memeritahkan intimidasi terhadap prajurit Rusia, melanggar konvensi tentang perlakuan terhadap tawanan perang," katanya.
"Kalian semua pasti akan ditemukan dan menanggung akibat yang berat," ujarnya, mengancam.
Lebih lanjut Konashenkov mengatakan, militernya memperlakukan para tawanan tentara Ukraina dengan hormat. Dia berjanji akan memulangkan para tentara tersebut ke keluarga setelah operasi berakhir.
Menurut dia, sejak operasi militer hingga Minggu kemarin, Angkatan Bersenjata Rusia sudah menyerang 1.067 target infrastruktur militer Ukraina, termasuk 27 titik kontrol dan pusat komunikasi. Selain itu ada 38 sistem rudal pertahanan S-300, Buk M-1, dan Osa, serta 56 stasiun radar yang dihancurkan.
"Tujuh sistem rudal anti-pesawat dihancurkan, termasuk satu S-300 di dekat Kota Kramatorsk," katanya.
Selain itu 254 tank dan kendaraan tempur lapis baja Ukraina, 31 pesawat, 46 peluncur roket, 103 artileri dan mortir medan, 164 kendaraan militer juga dilumpuhkan.
Editor: Ainun Najib