get app
inews
Aa Text
Read Next : 3 Kendaraan Kecelakaan Beruntun di Kulonprogo, Toyota Calya Terjepit 2 Truk

Tugu Pagoda, Jejak Pembauran Etnis Tionghoa dan Jawa di Kulonprogo

Jumat, 16 Februari 2018 - 18:46:00 WIB
Tugu Pagoda, Jejak Pembauran Etnis Tionghoa dan Jawa di Kulonprogo
Tugu Pagoda yang masih berdiri kokoh di Kulonprogo. (Foto: iNews.id/Kuntadi)

KULONPROGO, iNews.id – Masyarakat etnis Tionghoa pernah menjadi bagian dari kehidupan di Kabupaten Kulonprogo di masa lalu. Ini terbukti dengan Tugu Pagoda yang masih berdiri kokoh di perlintasan kereta api Wates sisi timur. Tugu ini dibangun pada 1931 dan diresmikan oleh Pakualam VII. Namun dalam perkembangannya, keberadaan masyarakat etnis Tionghoa di daerah ini semakin sedikit.

Ingar bingar peringatan Hari Imlek pun tidak pernah terasa lagi di Kulonprogo. Sebagai salah satu kota kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), jumlah etnis Tionghoa sangat terbatas di sini, bahkan bisa dihitung dengan jari. Padahal dari cerita kakek dan nenek, hampir setiap perayaan Hari Imlek, ada pesta di rumah-rumah warga Tionghoa di kota ini.

Seiring perkembangan zaman, jumlah warga Tionghoa juga semakin sedikit. Mereka menekuni usaha dagang jual beli, sepeda motor, sepeda, peralatan jahit maupun studio foto. Tradisi Tionghoa pun telah luntur dalam akulturasi budaya. Mereka justru lebih kerap ikut dalam tradisi dan kebudayaan masyarakat Jawa. “Di Kulonprogo, etnis Tionghoa itu masih, ada meskipun terbatas,” kata, Sekretaris Dinas Kebudayaan Kulonprogo Joko Mursito, Jumat (16/2/2018).

Meskipun tidak mudah lagi menemukan masyarakat etnis Tionghoa di Kulonprogo, Tugu Pagoda setinggi sekitar tiga meter di utara rel kereta api sisi timur, menjadi pengingat bahwa etnis Tionghoa dan budayanya menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari Kulonprogo. Tugu ini menjadi jejak pembauran etnis Tionghoa dan masyarakat Jawa di Kulonprogo.

Menurut Joko Mursito, Tugu Pagoda itu simbol hubungan yang kuat antara Pemerintah Daerah Kulonprogo dan warga Kulonprogo bersama warga Tionghoa. Tugu Pagoda merupakan persembahan warga Tionghoa yang diresmikan pada 23 Desember 1931 sebagai tanda peringatan 25 tahun bertahtanya Paku Alam VII dan 100 tahun Adikarto. “Tugu ini menjadi simbol kebersamaan dan persatuan. Orang Tionghoa bisa diterima dan berbaur dengan masyarakat Kulonprogo dan begitu juga sebaliknya,” kata Joko.

Tugu yang berada di tengah kompleks taman ini memang sudah digeser beberapa meter karena lokasi lama menjadi jalan raya, seiring penataan wajah kota. Pada awalnya, tugu ini dicat dengan warna putih. Namun, tugu ini pernah dicat dengan warna hijau kombinasi kuning. Untuk menjaga kelestarian dan keaslian bangunan, belakangan warna cat dikembalikan sesuai dengan warna asli, putih dengan kombinasi warna emas. Pemkab Kulonprogo juga mendukung pelestarian dengan mempercantik lokasi dengan lampu sorot dan tanaman hias di sekitarnya.

Kini, tepat pada perayaan Imlek 2569, jumlah warga Tionghoa di Kulonprogo hanya sekitar 10 kepala keluarga. Mesi begitu, mereka tetap bekerja sama dan menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar. Tidak sedikit yang sudah menikah dengan masyarakat Jawa sampai beberapa keturunan.

“Tugu Pagoda ini menjadi salah satu dari 14 warisan budaya Kulonprogo,” kata Kepala Seksi Kepurbakalaan dan Permuseuman Disbud Kulonprogo, Fitri Atiningsih. 

Editor: Maria Christina

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut