Ukraina Jengkel Gegara Jerman Tolak Kirim Tank Leopard dan Marder

KIEV, iNews.id - Jerman menolak mengirimkan Tank Leopard dan kendaraan tempur Marder ke Ukraina. Penolakan ini membuat pemerintah Kiev jengkel.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menuduh Jerman sengaja mengabaikan permintaan Kiev untuk tank Leopard dan kendaraan tempur infanteri Marder. 

Baca Juga

Mulai Bawang Merah Glowing hingga Tembakau Dikembangkan di Selopamioro

Kuleba menyebut Jerman takut dengan Rusia. Selain itu Jerman juga dituding banyak alasan tak jelas saat menolak permintaan Ukraina. 

"Tidak ada satu pun argumen rasional tentang mengapa senjata-senjata ini tidak dapat dipasok, hanya ketakutan dan alasan yang abstrak," cuitnya, dalam bahasa yang luar biasa blak-blakan.

Baca Juga

Pasukannya Kalah di Kharkiv, Rusia Tenang-Tenang Saja

Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Jerman Christine Lambrecht menolak permintaan Ukraina untuk mengirim tank tempur. Ukraina mencapai kemajuan pesat dalam perang melawan Rusia dan membutuhkan lebih banyak senjata.

"Belum ada negara yang mengirim kendaraan tempur infanteri buatan Barat atau tank tempur utama sejauh ini," kata Lambrecht, dikutip dari Reuters, Senin (12/9/2022). 

Baca Juga

Keren Lho, Polres Bantul Tertibkan Pelanggar Lalu Lintas sambil Bagi-Bagi Sembako

Dia menjelaskan, Jerman sudah sepakat dengan negara-negara mitra untuk tidak melakukan langkah itu secara sepihak. Ini mengindikasikan pengiriman senjata buatan Barat ke Ukraina harus melalui persetujuan semua pihak terkait.

Rusia memperingatkan Jerman soal perang di Ukraina. Duta Besar (Dubes) Rusia di Berlin Sergei Nechaev menyebut Jerman telah bertindak di luar batas dengan mengirim persenjataan mematikan untuk Ukraina.

Menurut Nechaev, keputusan itu telah merusak rekonsiliasi kedua negara yang dijalin sejak berakhirnya Perang Dunia II dan invasi Nazi ke Uni Soviet.

“Fakta bahwa rezim Ukraina dipasok senjata mematikan buatan Jerman, yang digunakan tidak hanya terhadap personel militer Rusia, tetapi juga penduduk sipil Donbass, telah melewati batas,” kata Nechaev, dalam wawancara dengan surat kabar Izvestia, seperti dilaporkan kembali RT, Selasa (13/9/2022).

Dia menegaskan Jerman seharusnya sadar dengan tanggung jawab moral dan sejarah negaranya atas kejahatan Nazi di masa lalu.

Editor: Ainun Najib