Usai Ditinggal AS, Tentara Afghanistan Serahkan Senjata ke Taliban
LONDON, iNews.id - Usai ditinggal pasukan Amerika Serikat (AS), tentara Afghanistan menyerahkan senjata kepada Taliban. Video penyerahan senjata ini beredar di media sosial.
Bukan hanya itu mereka berjabat tangan dan berpelukan seperti tak pernah berperang sebelumnya.
Momen itu diambil setelah pasukan Amerika Serikat (AS) meninggalkan Afghanistan pekan lalu, mengakhiri perang selama 20 tahun.
Tentara Afghanistan bukan hanya menyerahkan senjata, tapi juga kendaraan-kendaraan militer lapis baja yang ditinggalkan militer AS.
"Maafkan kami karena melakukan kesalahan," kata seorang tentara Afghanistan, kepada anggota Taliban, dalam tayangan di Twitter.
Anggota Taliban merespons dengan memeluk tentara sambil mengatakan, "Tidak masalah sama sekali, jangan takut."
Jenderal Angkatan Darat Scott Miller mengaku terkejut dengan video tersebut karena tentara Afghanistan begitu cepat menyerah kepada Taliban.
"Anda melihat situasi keamanan, ini tidak bagus. Taliban sedang bergerak. Perang bersifat fisik, tapi juga punya komponen psikologis atau moral. Apa yang tidak diinginkan terjadi adalah orang-orang kehilangan harapan," ujarnya, kepada ABC News.
Taliban menang besar setelah AS meninggalkan Afghanistan. Dalam beberapa kesempatan mereka menunjukkan gudang senjata yang ditinggalkan pasukan AS.
Dalam kesempatan lain tentara Taliban menyita kontainer berisi senjata dan amunisi yang ditinggalkan tentara AS di pangkalan.
Mereka mendapatkan 900 pucuk senjata, 70 senapan sniper, 30 kendaraan Humvee, 20 mobil pikap, dan 15 truk, serta ribuan amunisi, dari pangkalan Sultan Khil di Provinsi Wardak.
Belum cukup, ada pula granat, mortir, telepon satelit, serta perlengkapan lain berlabel 'milik Pemerintah AS'.
Senjata yang disiapkan AS untuk militer Afghanistan itu kini direbut Taliban.
Namun seorang komandan Taliban mengatakan kepada Sky News bahwa senjata-senjata itu bukan sumber kekuatan mereka.
"Sebagian besar waktu kami tidak digunakan untuk bergantung pada semua ini. Kami hanya mengandalkan Allah. Tentu saja kami menginginkan perdamaian, semua orang menginginkan perdamaian, tapi pemerintah (Afghanistan) tidak mau berdamai dengan kami," ujarnya.
Editor: Ainun Najib