Walidi Craft, Perajin Miniatur di Jogja yang Eksis hingga 3 Generasi

Yohanes Demo ยท Rabu, 25 Januari 2023 - 16:45:00 WIB
Walidi Craft, Perajin Miniatur di Jogja yang Eksis hingga 3 Generasi
Theodoris Tyan Kusuma Wardana saat menunjukkan sejumlah miniatur yang diproduksi, Walidi Craft. (Foto : iNews.id/Yohanes Demo)

YOGYAKARTA, iNews.id- Selain dikenal sebagai kota budaya, kota pelajar dan kota wisata, Yogyakarta juga memiliki banyak sekali tempat-tempat pembuatan kerajinan tangan yang produknya sudah terkenal hingga mancanegara. Di antaranya yang sudah banyak dikenal adalah Kasongan, salah satu tempat penghasil kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul dan pusat kerajinan logam di Kotagede.

Kedua pusat kerajinan tangan yang ada di Jogja ini telah ada sejak puluhan tahun lalu yang terus berjalan dari generasi ke generasi. Berbagai jenis produknya pun sudah banyak dijual bahkan sampai luar negeri.

Selain dua tempat tersebut, ada satu tempat kerajinan tangan yang juga sudah berdiri sejak puluhan tahun. Tempat tersebut yakni Walidi Craft, tempat kerajinan tangan yang memproduksi kerajinan miniatur sepeda onthel, becak, vespa dan masih banyak lagi.

Pemilik Walidi Craft, Theodoris Tyan Kusuma Wardana menyampaikan, seperti namanya, tempat kerajinan ini pertama kali didirikan oleh sang kakek dari istrinya yang bernama Walidi. Jauh sebelum ini, mbah Walidi merupakan seorang pengrajin kuningan yang memproduksi alat-alat musik gamelan dan sejenisnya.

Kemudian, sepeninggal sang kakek pada tahun 1998, usaha tersebut dilanjutkan oleh ayah mertuanya. Dari sinilah awal mula nama Walidi Craft mulai dikenal oleh banyak orang hingga sekarang.

"Awalnya simbah itu cuma bikin kerajinan kuningan, terus ketika simbah meninggal diteruskan sama bapak (ayah mertua). Nha pada saat itu kemudian bapak memberanikan diri untuk membuat kerajinan tangan seperti miniatur sepeda dan lain-lain," kata dia saat ditemui di tempat produksinya, Selasa (24/01/2023).

Seiring berjalannya waktu, bisnis miniatur tersebut semakin berkembang. Kala itu, kerajinan yang diproduksi banyak dijual di pusat wisata di Malioboro. Namun, pada tahun 2012 silam, sang ayah mertua jatuh sakit, lalu menghembuskan nafas terakhirnya. Sejak saat itu, usaha yang sudah lama dibangun, dilanjutkan oleh sang anak yang saat ini menjadi istrinya.

"Waktu di zamannya bapak itu belum banyak variasi. Misal untuk pewarnaan masih natural, terus untuk ukuran belum bervariasi. Terus pas istri yang pegang, kemudian berkembang mulai dari ukuran, warna, sama jenis miniaturnya jadi lebih banyak," katanya.

Editor : Ainun Najib

Halaman : 1 2 3

Follow Berita iNewsYogya di Google News

Bagikan Artikel:


Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews.id tidak terlibat dalam materi konten ini.