Warga Penolak Bandara NYIA di Masjid Al Hidayah Diminta Segera Pindah
KULONPROGO, iNews.id - Warga penolak bandara baru Yogyakarta atau NYIA yang masih bertahan di Masjid Al Hidayah di Kragon, Palihan, Temon, Kulonprogo diminta segera berpindah.
Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengatakan, ada sekitar tujuh kepala keluarga (KK) yang masih bertahan di Masjid Al Hidayah. Mereka menjadikan masjid sebagai base camp, meskipun sebagian sudah tidak sepenuhnya bertahan di dalam masjid. Seluruh ternak sudah dititipkan di kandang warga yang berada di luar pagar.
Menurut Hasto, masjid ini tidak akan dihancurkan. Namun bangunan ini akan diturunkan dan sebagian material akan dibawa ke lokasi masjid baru. Harapannya mereka yang melakukan wakaf, ataupun infak, amalan jariahnya tidak putus.
"Kalau ada material disana yang bisa dipakai disini akan kita bawa," kata Hasto seusai meletakan batu pertama pembangunan Masjid Al Hidayah di relokasi Palihan untuk mengganti masjid di Kragon II yang akan tergusur bandara, Minggu (26/8/2018).
Tidak seperti perobohan rumah-rumah warga, kata dia, perobohan tempat ibadah itu akan dilakukan secara manual. Genting atap dan kayu akan diturunkan terlebih dulu. "Kita tidak robohkan, karena ada yang kita openi (manfaatkan)," ucapnya.
Karena itu, dia meminta warga bisa menyadari rencana pemindahan ini agar tidak terganggu dengan proses pengosongan warga harus keluar dan jangan mengganggu pekerja. Apalagi aktivitas pembangunan sudah banyak menggunakan kendaraan besar yang rawan. "Kita terus dekati mereka, beberapa intelegen juga terus melakukan upaya persuasif," katanya.
General Manager Bandara Adisutjipto Yogyakarta yang juga juru bicara proyek pembangunan Bandara NYIA, PT ANgkasa PUra I Agus Pandu Purnama mengatakan masjid yang akan dibangun jauh lebih luas. Jika di lokasi lama hanya 290 meter poersegi di lokasi baru mencapai 788 meter persegi.
Pekerjaan akan dilakukan pihak ketiga dan diharapkan bisa selesai pada bulan Oktober mendatang. "Di lokasi baru masjid sangat diperlukan warga. Kalau di sana sudah jauh penduduk," ucap Pandu.
Pembangunan masjid untuk tahap awal akan menggunakan uang ganti rugi dari proyek bandara yang nilainya lebih dari Rp400 juta. Dana itu hanya untuk pembangunan masjid utama. Sedangkan bangunan pendukung seperti pagar, karpet hingga sound system akan dipenuhi oleh PT Angkasa Pura menggunakan dana CSR-nya. "Sejumlkah warga juga sudah siap bahu membahu untuk membangun dan mewujudkan masjid," ucapnya.
Selain di Palihan, nantinya juga akan dibangun satu masjid lagi dan musala yang sebelumnya ada di lokasi bandara NYIA.
Editor: Kastolani Marzuki