YOGYAKARTA, iNews.id – Peristiwa Gerakan 30 September (Gestapu) atau G30S PKI tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di Yogyakarta. Dua perwira TNI Angkatan Darat dibunuh PKI di Kentungan, Sleman.
Kedua perwira ini adalah Brigjen Katamso yang menjabat Danrem 072 Pamungkas dan Letkol Inf Sugiyono yang menjabat sebagai Kasrem 072/Pamungkas. Jasadnya ditemukan di lubang Komplek Batalyon L yang kini menjadi Batalyon 403.
Mengenai peristiwa itu, putra ke enam Kolonel Inf Anumerta Sugiyono, Ganis Priyono menceritakan, penculikan dan pembunuhan itu. Peristiwa kelam ini terjadi sesaat setelah ayahnya dilantik menjadi Kasrem 072 Pamungkas oleh Pangdam Diponegoro Di Makodam Semarang. Usai pelantikan, ayahnya ingin menghadap dan melapor ke Danrem 072 Pamungkas yang dijabat Kolonel Inf Katamso di Yogyakarta,
Menggunakan mobil Gaz, Sugiyono berangkat ke Yogyakarta. Sampai di Magelang diberhentikan oleh Kapten Suryotomo dan diminta untuk tidak melanjutkan perjuangan ke Yogyakarta karena situasi sedang kacau. Namun hal itu tidak diindahkan dan tetap melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta.
“Meski sudah dicegah, tetapi ayahnya ngeyel. Sebab merasa harus menjalankan tugas melapor Danrem, jika sudah diangkat menjadi Kasrem,” kata Ganis.
Tiba di Yogyakarta, sudah sore dan langsung ke kantor Makorem yang ada di Jalan Sudirman (kini Museum TNI AD Dharma Wiratama). Namun saat itu Danrem tidak ada dan mencari rumah dinas yang hanya beberapa puluh meter saja dari Makorem.
Sampai di rumah dinas, Danrem juga tidak ada di rumah dan mendapatkan informasi Kolonel Inf Katamso yang hanya memakai piyama, dibawa paksa oleh beberapa tentara Batalyon L.
Karena tidak ketemu, ayahnya kembali ke Makorem dan petugas jaga sudah ganti dengan yang terkontaminasi PKI. Saat itulah Sugiyono diminta menyusul ke Batalyon L untuk bertemu Danrem.
“Sebelum ke sana sempat telpon ibu dan mengatakan tidak jadi makan di rumah karena masih mencari pak Katamso,” katanya.
Sampai di Kentungan, ayahnya langsung dipukul dengan kunci mortar begitu turun dari mobil. Tubuhnya kemudian diseret ke lubang yang sudah disiapkan di ujung komplek yang didalamnya juga sudah ada mayat Katamso dan ditimbun tanah.
“Beberapa hari keluarga kami dan pak Katamso saling komunikasi, kok keduanya hilang tanpa berita,” katanya.
Keluarga akhirnya mendapat informasi jika terjadi pembantaian di halaman belakan Batlayon L. Anggota dan staf Korem kemudian menggelar rapat dan melakukan pembongkaran, setelah seluruh anggota Batalyon L dikirim ke Sumatera sehingga barak kosong.
Saat dilakukan penggalian itulah ditemukan mayat kedua perwira dan selanjutnya di bawa ke RS Angkatan Darat di Kotabaru Yogyakarta, untuk dilakukan pemeriksaan forensik. Jenazah keduanya akhirnya kemudian dimakamkan di TMP Kusumanegara Yogyakarta.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait