Penolakan warga terkait dengan kekerasan jalanan yang identik dengan klitih. (foto: antara)

Sementara itu, Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito menyebut bahwa sejarah klitih berasal dari istilah Jawa yang sudah lama digunakan. Ia menjelaskan, klitih pada masa lalu berarti aktivitas masyarakat yang keluar ke jalan pada malam hari untuk melepas penat.

Jika dilihat dari kesimpulan diatas, aktivitas Klitih tidak menjurus ke arah negatif seperti yang dilakukan oleh beberapa oknum di zaman sekarang.

Fenomena Klitih Saat ini

Fenomena klitih belakangan ini kian marak terjadi di Jogja. Aksi yang identik dengan senjata tajam dan aksi pembacokan hingga pembunuhan semakin melekat di benak masyarakat hingga menimbulkan rasa cemas dan khawatir. 

Melihat kebelakang, fenomena klitih sebenarnya sudah ada sejak tahun 1990-an, dimana ketika kepolisian mengelompokkan geng remaja di Yogyakarta yang mana kepolisian sudah mengetahui informasi seputar remaja dan geng remaja yang melakukan kejahatan. 

Setelah orde baru para pelajar yang terlibat tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Berangkat dari ancaman tersebut, para pelajar kemudian mencari musuh dengan cara berkeliling kota untuk melakukan aksi klitih. 

Alasan dari anak-anak muda itu melakukan aksi ini lantaran ingin mendapatkan pengakuan dari teman-temannya. Anak-anak yang melakukan aksi klitih mengklaim mendapat reputasi bagus di lingkungannya. Selain itu, permasalahan pribadi atau keluarga juga membuat anak tersebut cenderung menjadi pelaku klitih.

Kasus klitih mulai populer di Yogyakarta pada tahun 2016. Pada mulanya, klitih merupakan perilaku kenakalan remaja dan permusuhan antarkelompok, namun seiring berjalannya waktu fenomena klitih mengalami pergeseran.


Editor : Kuntadi Kuntadi

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network