JAKARTA, iNews.id - Baret Ungu menjadi ciri khas Korps Marinir. Pasukan elite TNI AL yang lahir pada 15 November 1945 ini memiliki moto “Jalesu Bhumyamca Jayamahe” yang bermakna “Di Laut dan Darat Kita Jaya”.
Warna ungu pada baret Korps Marinir ini terinspirasi selendang milik Nyi Roro Kidul. Dalam “Ensiklopedia Korps Marinir”, warna selendang Nyi Roro Kidul menjadi alasan pertama baret Korps Marinir berwarna ungu.
Selendang berwarna ungu milik Nyi Roro Kidul itu dianggap ampuh dalam memberi pengamanan serta perlindungan bagi negara.
Alasan lainnya baret berwarna ungu pada Korps Marinir ini menyerupai warna Bunga Bougenville yang juga berwarna ungu. Jenis bunga itu merupakan bunga yang telah gugur sebelum layu, di mana merupakan lambang dari sebuah pengabdian seorang prajurit Korps Marinir, khususnya dalam memelihara serta mempertahankan keutuhan negara.
Menurut sejarahnya, warna ungu pada baret tersebut juga dikenakan untuk pertama kalinya oleh Korps Marinir saat masih bernama KKO AL. Saat itu masih berupa pita sebagai kode pengaman yang digunakan pada 1958 silam.
Ketika itu, pasukan Korps Marinir terlibat di dalam operasi 17 Agustus yang berupaya memberantas dan menumpas pembangkangan yang dilakukan oleh PRRI di Sumatra Barat. Akhirnya, Korps Marinir pun menetapkan warna ungu pada baretnya pada 1961, tepat saat Batalyon I KKO AL terlibat dalam operasi di Aceh yang dinamakan Operasi Alugoro.
Tidak mudah untuk bisa mendapatkan Baret Ungu. Seorang prajurit Marinir harus menjalani sejumlah tahapan di antaranya, mengikuti Pendidikan Komando (Dikko) yang cukup berat selama kurang lebih 77 hari. Diawali dengan tahap dasar komando, tahap laut, tahap hutan, tahap Gerilya Lawan Gerilya (GLG), dan ditutup dengan Lintas Medan (Limed) Banyuwangi hingga Surabaya sejauh 300 kilometer.
Selain Baret Ungu, prajurit petarung Marinir juga akan mendapatkan Pisau Komando. Pisau tersebut tidak pernah lepas dari lubang kopelrim prajurit di sisi sebelah kiri saat menggunakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL). Pisau dengan kekhasan bertuliskan “Marinir” ini terbuat dari baja, berbentuk pipih runcing dengan satu sisi tajam dan sisi atas memiliki gerigi. Ini bukanlah sekedar pakem kelengkapan yang bertujuan untuk menambah nilai estetika uniform prajurit apalagi sekedar gagah-gagahan.
Bentuk pisau Komando Marinir cukup modern menyesuaikan kebutuhan di lapangan. Apabila sebelumnya pisau Komando Marinir cukup sederhana dengan bahan pendukung bagian pisau dari bahan baja dan gagang pisau dari kayu, saat ini bentuknya lebih menarik dengan tambahan sisi bergerigi tajam yang multi fungsi dalam penggunaannya di lapangan. Berat dan bentuknya juga disesuaikan dengan kebutuhan prajurit Marinir.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait