Bahkan Belanda menghargai siapapun yang berhasil membawa potongan kepala Pangeran Diponegoro yang meninggal. Sayembara berburu potongan kepala Pangeran Diponegoro itu dihargai dan akan dibayarkan di markas besar De Kock di Magelang. Sayang sayembara ini tidak ada yang mempedulikannya.
Namun Belanda tak habis akal, perubahan strategi perang juga dilakukannya. Mereka membuat sistem perbentengan darurat yang sebelumnya sudah dirintis oleh Cochius. Dimana sejak awal perang pada Oktober 1825 perwira zeni tempur sudah mendirikan benteng pertamanya di Kalijengking, sebelah selatan Kedu, terletak di tepi Jalan Magelang-Yogya, untuk memberi perlindungan kepada konvoi-konvoi militer dan tempat bermalam bagi para tentaranya.
Para komandan pasukan gerak cepat yang lain kemudian mengikuti jejaknya. Benteng rancangan Cochius sebenarnya sangat sederhana, setelah memilih lokasi strategis yang dirasa cocok, biasanya di atas bukit atau di tempat lain yang terlindungi secara alamiah, ia membangun bangunan mirip suatu barak berbentuk segi empat, yang cukup menampung satu peleton tentara sekitar 20-30 orang.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait