Wahyudi mengatakan, di wilayah DIY masih terdapat potensi konflik satwa dengan manusia salah satunya ular Sanca Kembang. Perkembangan infrastruktur secara tidak langsung memberikan dampak kepada masyarakat dan habitat satwa. Semakin dekatnya permukiman dengan habitat satwa menjadikan potensi konflik semakin besar.
Tidak hanya satwa saja yang menjadi korban, namun manusia juga beresiko untuk menjadi korban dari konflik ini. Kawasan konservasi seperti suaka margasatwa diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif solusi untuk meminimalkan konflik dengan membiarkan satwa hidup di kawasan suaka margasatwa.
“Dengan tersedianya pakan yang cukup bagi satwa, semoga tidak ada satwa yang keluar ke permukiman dan menganggu tanaman milik masyarakat,” katanya.
Pelepasliaran ini menjadi upaya mengembalikan satwa jenis reptil tersebut ke habitatnya. Satwa juga bisa berkembang biak dan menghindari dari kepunahan.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait