YOGYAKARTA, iNews.id- Hingga akhir Januari 2023 yang lalu, jumlah peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan seluruh Indonesia sudah mencapai 240 juta orang. Jumlah tersebut sudah mencakup 91 persen dari seluruh Indonesia.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof Ali Gufron Mukti mengungkapkan jika saat ini sudah ada 23.341 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan 2.963 Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKTL) yang mereka layani. Selain itu sudah ada 20 provinsi dan 330 kabupaten/kota yang sudah menerapkan Universal Health Coverage (UHC).
"Realisasi biaya kami terus mengalami peningkatan. Tahun 2014 yang lalu mencapai Rp42,6 triliun kemudian tahun 2022 lalu, kita mencapai Rp113,4 Triliun," katanya dalam seminar Internasional Menyambut 1 Abad PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan 14 Tahun PKU Muhammadiyah Gamping di Yogyakarta, Kamis (9/3/2023).
Gufron mengatakan, semuanya biaya tersebut diambilkan dari uang peserta BPJS Kesehatan karena BPJS Kesehatan didirikan untuk menutup biaya layanan rumah sakit. Sehingga dulu muncul kesan jika sejak berdiri BPJS Kesehatan selalu defisit.
Sehingga karena defisit maka BPJS Kesulitan membayar rumah sakit dan rumah sakit kesulitan untuk biaya operasional. Hingga akhirnya muncul kesan jika peserta BPJS menjadi beban rumah sakit.
"Dulu ada kesan jika orang kayalah yang menjadi penyebab BPJS Kesehatan defisit. Karena ada kesan orang kayalah yang sering membutuhkan biaya besar untuk pengobatan, seperti untuk pengobatan jantung," ujarnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait