"Paling tinggi dulu itu SD atau SMP, namun setelah mendapat motivasi dari Fery, warga di Dusun Jambon banyak yang menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi," ujarnya.
Guswanto juga bersyukur, berkat Fery dkk, kedua anaknya sudah lulus perguruan tinggi." Alhamdulillah dua anak saya sudah lulus kuliah," ungkapnya.
Bagi warga Dusun Jambon, kehadiran Fery Farhati dan 5 temannya cukup memberi kesan mendalam. Meski sudah 28 tahun berlalu, warga masih mengenang sosok Fery Farhati."Dusun ini sering dijadikan lokasi KKN baik dari UGM maupun kampus lain," ucap Guswanto.
Selama dua bulan menjalani program KKN di tempat Guswanto. Dua bulan itu pula Fery dkk makan dan minum di rumah itu. Guswanto masih ingat salah satu menu makan yang disukai Fery Farhati adalah oseng-oseng tempe buatan istrinya."Menu makan harian gonta-ganti, tapi oseng-oseng tempe itu yang jadi favoritnya Mbak Fery," katanya.
Sebetulnya, kata Guswanto, menu oseng tempe buatan istrinya tak jauh berbeda dengan oseng tempe pada umumnya. Di rumah makan, warung bahkan angkringan sekalipun.
"Mungkin yang membedakan karena cara meraciknya, dibuat dengan senang hati dan ikhlas oleh istri saya," ujarnya.
Menurut Guswanto, selama Fery menjalani KKN di Dusun Jambon, tidak pernah pulang atau kembali ke kampus. Hanya saja, pihak keluarga yang menengok di rumah ini. Selama dua bulan itu, Anies Baswedan dan keluarganya juga beberapa kali menengok Fery Farhati.
"Pak Anies Baswedan dulu juga beberapa kali menengok Mbak Fery di sini. Saat itu masih pacaran ya. Pak Anies datang bersama ibu dan adiknya,"bebernya.
Guswanto berharap suatu saat Fery Farhati punya waktu luang untuk main ke Dusun Jambon.
"Kalau ke sini pasti Mba Fery sudah pangling dengan dusun ini ya, sudah banyak berubah. Namun kenangan yang tidak hilang meski itu sudah 28 tahun yang lalu," katanya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait