YOGYAKARTA, iNews.id - Pemda DIY diharapkan kembali membatasi mobilitas warga seperti pada saat awal pandemi Covid-19. Ini untuk mencegah kasus penularan virus itu terus meningkat.
"Mobilitas di DIY sekarang relatif tinggi. Kalau kita lihat sekarang di jalan-jalan, di pusat-pusat keramaian sudah relatif padat, mungkin hampir sama dengan sebelum pandemi," kata epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Riris Andono Ahmad Riris Andono di Yogyakarta, Senin (7/12/2020).
Menurut Riris, penambahan kasus Covid-19 di DIY yang pada 6 Desember menyentuh lebih dari 200 kasus dalam sehari merupakan buah dari tingginya mobilitas warga tanpa diimbangi penerapan protokol kesehatan secara konsisten.
"Jadi kurvanya memang akan menanjak, karena kita tidak berhasil menghentikan penularannya, sehingga yang tertular semakin banyak. Kenapa bisa begitu? karena mobilitas di DIY itu relatif tinggi," kata dia.
Pemda DIY, menurut dia, sudah waktunya kembali "menginjak rem", yakni dengan kembali mendorong kegiatan masyarakat sementara waktu dari rumah.
Baginya, adaptasi kebiasaan baru juga perlu diwujudkan dengan memberlakukan pelonggaran dan pengetatan mobilitas masyarakat secara bergantian sesuai situasi yang ada.
Menurut dia, jika penularan telah meluas dan sulit dikendalikan, cara paling efektif adalah mengintervensi dengan menghentikan sesaat mobilitas masyarakat. "Itu menjadi intervensi efektif, karena begitu dihentikan (mobilitas masyarakat) virus akan kesulitan mencari orang untuk ditulari," kata dia.
Selama manusia masih berinteraksi dan protokol 3 M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak) tidak dipatuhi, menurut dia, risiko penularan akan tetap tinggi. "Itu sebuah keniscayaan. Virus itu tidak jalan-jalan. Yang membuatnya bisa berkeliaran ya manusianya," paparnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait