YOGYAKARTA, iNews.id- Bisnis orang Madura tidak jauh dari berdagang sate, pengepul besi bekas dan kayu. Namun, ada fakta lain soal pilihan bisnis orang Madura di Yogyakarta.
Ketua Keluarga Madura Yogyakarta (KMY) Jugil Adiningrat mengatakan, selain jenis usaha tersebut, nyatanya perantau asal Madura juga banyak yang memilih membuka usaha toko kelontong.
"Kalau yang sudah terorganisir di Yogyakarta jumlahnya lebih dari seribu," ujarnya, Rabu (21/9/2022).
Warung-warung kelontong tersebut kata Jugil, tersebar di empat kabupaten dan kota di Yogyakarta. Bahkan ia menyebut jumlahnya lebih banyak dari yang sudah diketahui saat ini.
Seolah ingin mematahkan anggapan banyak orang bahwa toko kelontong rakyat akan terbunuh dengan gurita minimarket, warung Madura justru tumbuh subur bak jamur di musim basah.
Jugil menyebut kekuatan utama perkembangan warung Madura di Yogyakarta dan di banyak kota lain terletak pada jejaring etnis yang membentuk sistem kekerabatan antar perantau asal Madura.
"Mungkin karena ada persamaan kita sama-sama perantau pasti akan langsung akrab. Jadi lewat perkumpulan KMY misal ada yang butuh bantuan kita akan bantu," katanya.
Semangat kolektif yang mereka ciptakan tersebut secara tidak langsung ikut menumbuhkan bisnis warung Madura hingga berkembang layaknya jaring laba-laba. Jumlah tersebut diperkirakan masih akan terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Di sisi lain, kata Jugil warung kelontong Madura menciptakan kekuatannya sendiri agar bisa bersaing dengan waralaba besar seperti Alfamart dan Indomaret yang sudah menggurita di Yogyakarta. Salah satunya dengan strategi operasional 24 jam buka.
Di tengah pandemi Covid-19, di saat kebijakan pemerintah yang membatasi jam operasional Alfamart dan Indomaret, warung kelontong Madura menjadi pihak yang diuntungkan. "Jelas sangat diuntungkan sekali," ujarnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait