Sutradara film Dusner, Yusuf Hayy mngatakan pembuatan film ini membutuhkan waktu 1,5 bulan. Setidaknya ada 30 orang yang menjadi kru dalam proses produksi.
Bahasa daerah Papua yang diangkat karena adanya keresahan timnya atas banyaknya bahasa daerah yang mulai punah di Indonesia.
“Film ini diangkat dari riset tim kami yang menemukan bahwa banyak bahasa daerah di Indonesia sudah mulai punah apalagi bahasa daerah di bagian timur, salah satunya Bahasa Dusner ini,” katanya.
Disamping itu, MM Kine Klub ingin mencoba tantangan baru dengan memakai bahasa yang mungkin banyak orang awam tidak tahu. Sedangkan cerita yang diangkat merupakan sebuah realita yang seringkali diabaikan masyarakat terkait punahnya bahasa daerah.
“Film ini sebagai sindiran untuk masyarakat millennial yang sering abai terhadap bahasa daerahnya sendiri. Film ini untuk membuka mata masyarakat terkhusus anak muda untuk terus melestarikan bahasa daerahnya masing-masing,” katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait