Semestinya, kata Gus Hilmy, bisa mencontoh pramugari untuk haji yang sejatinya bisa diterapkan di semua jadwal penerbangan, baik lokal maupun internasional. Terlebih penumpang Garuda Indonesia sudah terseleksi sehingga tidak akan mengurangi peminatnya hanya karena jilbab, kecuali pelayanannya buruk
“Alasannya apa? Tidak modis? Takut penumpangnya pada lari? Fashion kita sudah sedemikian apik memodifikasi jilbab sebagai pakaian harian kerja," tutur Gus Hilmy.
Pria yang juga anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tersebut juga memberikan contoh perusahaan maskapai yang sudah menerapkan pramugari berjilbab. Menurutnya, maskapai-maskapai itu lebih bisa survive daripada Garuda yang laporannya kerap merugi.
“Garuda bisa mencontoh NAM Air yang sejak 2013 memperbolehkan pramugarinya berjilbab. Juga Sriwijaya Air dan Citilink. Mereka terbukti lebih survive kan? Tidak ada laporan kebangkrutan? Maskapai luar negeri sudah banyak, seperti Brunei, Arab Saudi, Iran,” kata Gus Hilmy.
Pria yang menjadi pengasuh Pondok Pesantren Krapyak tersebut berkomitmen untuk mendukung Garuda Indonesia untuk mengakomodir pramugari yang berjilbab. Pihaknya mendukung Garuda Indonesia untuk segera menerapkan aturan yang membolehkan berjilbab.
Gus Hilmy juga mengusulkan beberapa program yang bisa diakomodasi oleh Garuda untuk menambah daya tarik konsumen muslimnya. Di antaranya hafalan doa-doa harian, semakan al-Quran hingga dakwah Islam yang damai.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait