YOGYAKARTA, iNews.id - Gerakan Nol Sampah Anorganik yang diterapkan di Kota Yogyakarta mampu menekan produksi sampah. Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta mencatat ada penurunan hingga 15 ton per hari sampah yang dibuang di TPA Piyungan.
Gerakan ini sudah diterapkan sejak awal tahun ini. Masyarakat dilarang membuang sampah anorganik ke depo dan tempat pembuangan sampah. Mereka diminat untuk memilah dan mengelola sampah rumah tangga. Hanya residu saja yang boleh dibuang ke TPA Piyungan.
“Sudah mulai turun sekitar 15 ton per hari. Ini awal yang baik,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto di Yogyakarta, Senin (9/1/2023).
Sugeng mengatakan penurunan sampah ini masih bersifat keseluruhan. Belum ada pemilahan berapa sampah organik dan anorganik yang dibuang sebagai residu. Namun sebelum ada program ini, sampah yang dibuang ke TPA Piyungan mencapai 260 ton dan 40 persen di antaranya berupa sampah anorganik.
“Pastilah masih tercampur, karena yang dibuang merupakan residu,” ujarnya.
Agar program ini berjalan efektif, masyarakat harus terus diberikan edukasi. Mereka harus dibiasakan mengelola sampah secara mandiri. Perubahan perilaku sangat diperlukan untuk mengurangi produksi sampah.
Proses edukasi dan pembiasaan pengelolaan sampah rumah tangga dilakukan dalam waktu tiga bulan hingga Maret. Rencananya pada bulan April akan ada tindakan tegas jika masih ada warga yang membuang sampah anorganik.
“Sampah anorganik harus habis dari rumah tangga. Bisa dijual kepada pengepul atau bank sampah,” ujarnya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait