GUNUNGKIDUL, iNews.id- Perkembangan pariwisata di Gunungkidul terus menunjukkan peningkatan. Penambahan konsep wisata edukasi atau dikenal dengan eduwisata menjadi peluang baru di Kabupaten terluas di DIY tersebut.
"Peluang eduwisata sangat besar. Apalagi hasil hutan seperti kayu dan non-kayu di Gunungkidul seperti madu sangat besar,ini bisa dikembangkan," ungkap Peneliti Kayu dan Non Kayu dalam Sistem Produksi dan Pemasaran yang Terintegrasi (Kanoppi2) Endri Martini dalam acara Temu Usaha Wisata Edukasi Berbasis Jati, Madu dan Bambu Sebagai Investasi Pariwisata di Wonosari, Kamis (18/11/2021).
Dijelaskannya konsep eduwisata agroforestry menjadi peluang wisata dengan lebih mengedepankan pemberdayaan masyarakat. Melalui budidaya dan pemasaran hasil hutan kayu dan bukan kayu seperti madu menjadi hal baru yang bakal menarik wisatawan.
“Eduwisata agroforestry merupakan suatu kegiatan perjalanan rekreasi untuk memberikan pendidikan. Tentang agroforestri yang ramah lingkungan dan dapat memberikan pendapatan,” ujarnya.
Penelitian yang dilakukan sejak 2018 lalu melalui program kerjasama dengan Australian Centre For International Agriculture Research (ACIAR) diketahui terdapat lima tempat yang berpotensi dikembangkan sebagai wisata edukasi di Gunungkidul. Di antaranya Desa Katongan, Desa Kedungpoh, Desa Semin, Desa Pengkok, Desa Bejiharjo dan DAS Bribin.
Koordinator Penelitian Kanoppi2, Aulia Perdana mengungkapkan, dari hasil penelitian di sejumlah wilayah di Gunungkidul dalam waktu empat tahun terakhir ini memunculkan hasil untuk mengembangkan kawasan eduwisata berbasis kayu jati. Selain itu, dalam hasil penelitian yang dilakukan muncul beberapa poin penting.
"Poin penting di antaranya memadukan jati dengan komoditas hasil hutan bukan kayu, menggali teknologi budidaya dari jenis-jenis kayu cepat tumbuh untuk disandingkan dengan jati," ujarnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait