Aliran Sungai Progo tercemar mikroplastik karena sampah popok bayi. (Foto: dok Dinas PUP-ESDM DIY)

Meski airnya sudah diolah, namun teknologi pengolahan tersebut hanya mampu mengurangi kandungan mikroplastik sekitar 70 persennya saja. 

"Jadi kandungan mikroplastik pada air yang didistribusikan ke masyarakat itu masih hampir 1.000 partikel per liter," ujarnya.

Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa meski Sungai Progo tidak melewati kawasan padat penduduk seperti Sungai Winongo, Gajahwong, atau Code, bukan berarti Sungai Progo aman dari berbagai jenis cemaran, termasuk mikroplastik. 

Menurutnya, area rural atau pedesaan dengan jumlah penduduk yang tinggi seperti yang dilewati aliran Sungai Progo memang menghasilkan lebih sedikit sampah plastik dibanding kawasan perkotaan. Namun, kata dia, resiko terjadinya kesalahan pengelolaan sampah plastik justru lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan perkotaan yang memiliki teknologi lebih canggih.

"Jadi kebocoran sampah plastik khususnya diperairan itu akan jadi lebih besar di pedesaan atau kawasan-kawasan yang teknologinya belum secanggih perkotaan," katanya.

Selain itu, area pertanian yang banyak dilewati aliran Sungai Progo juga ikut menyumbang cemaran mikroplastik yang cukup tinggi. Mulai dari sampah plastik mulsa, polybag, atau bekas peralatan pertanian yang lain. 

"Ada juga kandungan-kandungan pupuk yang digunakan yang kemudian terbuang ke sungai sehingga juga menjadi salah satu penyumbang cemaran mikroplastik ini," ujarnya.


Editor : Ainun Najib

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network