Awalnya tahun 2019 lalu dia hanya menanam 40 butir kacang batik dan 20 kacang lurik serta 10 kacang mutiara hitam. Namun kini, dia berhasil mengembangkannya menjadi bibit dalam jumlah yang cukup banyak dan pesanan bibitpun mengalir.
Binol awalnya mengaku heran mengapa kacang bercorak batik ataupun lurik tidak dikembangkan oleh petani di Gunungkidul. Padahal kacang tersebut sudah lama ada karena dibawa oleh penjajah dari Eropa. Ternyata kacang-kacang tersebut hanya dikonsumsi oleh para bangsawan.
"Pertama kali saya menemukan kacang batik itu di Kalurahan sunggingan Kapanewon Karangmojo. Terus saya kembangkan,"katanya.
Kini berkat kegigihannya perlahan-lahan produk kacang batik mulai dikenal dan permintaan pun mengalir. Berkolaborasi dengan pihak keraton Ngayogyakarto Hadiningrat, kacang tersebut telah dipasarkan ke seluruh Indonesia.
Bahkan akhir Januari yang lalu, pihak keraton telah membawa kacang tersebut ke Perancis untuk sebuah event. Tak hanya itu, diapun juga mengembangkan pola kemitraan dengan para petani. Melalui sebuah koperasi yang bersedia membeli bibit dan dibudidayakan oleh petani.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait